Kenfitria Diah Wijayanti. T111908007. KEARIFAN LOKAL PERISTIWA TUTUR SAPA ARUH PADA MASYARAKAT JAWA DI KOTA SURAKARTA (SUATU KAJIAN ETNOPRAGMATIK). Disertasi: Linguistik Deskriptif, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Mei 2022.

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mendeskripsikan jenis tindak tutur dalam peristiwa tutur sapa aruh; 2) mengidentifikasi nilai kearifan lokal yang terkandung pada peristiwa tutur sapa aruh; 3) mengidentifikasi latar belakang masyarakat Jawa di Surakarta masih mempertahankan tradisi sapa aruh; dan 4) merumuskan fungsi tradisi sapa aruh bagi masyarakat Jawa di Surakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa tuturan dalam interaksi sosial tradisi lisan sapa aruh yang mengandung kearifan lokal. Sumber data penelitian ini berasal dari masyarakat etnis Jawa di Surakarta,  tokoh masyarakat, dan pakar bahasa Jawa. Teknik pengambilan subjek yaitu secara purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan menggunakan metode simak dengan teknik sadap dan catat. Uji validitas data menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi metode. Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode etnopragmatik yakni metode etnografi dengan model analisis pragmatik. Sementara itu, teknik analisis data yang digunakan yakni teknik analisis data model Spradley. Teknik analisis data model Spradley terdiri dari empat tahap kegiatan, yaitu analisis domain, analisis taksonomi, analisis komponensial, dan analisis tema budaya. Terdapat tiga tahapan prosedur penelitian yakni persiapan, pelaksanaan, dan penyusunan laporan penelitian.

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, jenis tindak tutur dalam peristiwa tutur sapa aruh yang dilakukan oleh masyarakat Jawa di Surakarta meliputi TT Asertif, Direktif, Ekspresif, Komisif, dan Deklaratif. Kedua, nilai kearifan lokal yang terkandung pada peristiwa tutur sapa aruh yang dilakukan oleh masyarakat Jawa di Surakarta dibagi menjadi dua yakni wujud nilai kearifan lokal dan cerminan etika masyarakat Jawa dalam PTSA. Wujud nilai kearifan lokal yang terdapat dalam PTSA antara lain: a) kerukunan antarmasyarakat; b) gotong royong; c) tenggang rasa; d) kepedulian lingkungan; dan e) keadilan. Sementara itu, cerminan etika masyarakat Jawa dalam PTSA meliputi: a) rendah hati atau andhap asor; b) empan papan; c) menjaga perasaan atau angon rasa; d) mau berkorban; e) mawas diri. Ketiga, latar belakang masyarakat Jawa di Kota Surakarta tetap mempertahankan tradisi lisan sapa aruh yaitu dilatarbelakangi oleh faktor budaya dan sosial. Fungsi tradisi sapa aruh bagi masyarakat Jawa di Surakarta yakni: a) sebagai penghormatan kepada mitra tutur; b) menjaga kerukunan; c) menjaga etika kesantunan; d) melestarikan budaya dan bahasa Jawa; dan e) pengembangan pendidikan karakter.