Dominannya frekuensi suatu bahasa di ruang publik dengan distribusi teks yang merata di suatu kawasan memberi sinyal atas relasi kuasa semakin besar dan kuat dalam kelompok masyarakat. Kajian Lanskap Linguistik merupakan salah satu kajian bahasa dengan menganalisis teks-teks di ruang publik untuk melihat perilaku bahasa yang digunakan oleh kelompok-kelompok sosial tertentu dalam suatu kawasan dalam upaya menginvestigasi simbol-simbol sosial kelompok tersebut. Penelitian ini berfokus pada rumusan masalah: (1) bagaimana hasil analisis linguistik korpus pada analisis leksikal, preferensi semantis, dan prosodi semantik teks Lanskap linguistik di Kota Malang? (2) bagaimanakah frekuensi penggunaan bahasa teks Lanskap Linguistik berdasarkan bentuk dan pola penggunaan bahasa? (3) bagaimanakah fungsi informasi dan simbolis yang muncul dalam teks Lanskap Linguistik? (4) Melalui penggunaan bahasa dan leksikalisasi pada teks-teks di ruang publik baik pada pola Top-Down dan Bottom-Up, mengapa simbol-simbol itu digunakan dalam strategi penulisan teks di ruang publik? Penelitian ini menggunakan ancangan teori (1) linguistik korpus melalui LancsBox pada analisis leksikal, preferensi semantik, dan prosodi semantik, (2) Lanskap Linguistik pada bentuk (penggunaan bahasa) dan fungsi (informasi dan simbolik) Laundry dan Bourhis (1997). Penelitian ini berjenis deskriptif-kualitatif. Lokasi penelitian berada di lima kecamatan di Kota Malang, yaitu Kecamatan Lowokwaru, Blimbing, Klojen, Sukun, dan Kedung Kandang. Sumber data diambil dari papan nama gedung pemerintahan, jalan, tempat ibadah, fasilitas kesehatan, lembaga pendidikan, lembaga keuangan, hotel, dan warung-restoran. Sampel penelitian menggunakan purposive sampling pada jalan utama, jalan penghubung, teks permanen. Data berupa teks yang terdapat pada papan nama. Metode pengumpulan data menggunakan metode simak dan catat dengan teknik foto, cakap semuka, catat. Metode analisis data memakai metode agih dan padan dengan teknik Bagi-Unsur- Langsung, teknik banding, dan teknik perluasan. Hasil penelitian menunjukkan (1) pada analisis leksikal, nomina mendominasi kemunculan; analisis  preferensi semantik menunjukkan tiga pola, yaitu pola menyatu (united-form), terpisah (separated-form), dan campulan (mix-form; pada analisis prosodi semantik, Top- Down membentuk makna netral, sedangkan Bottom-Up membentuk positif/ameliorasi dan netral. (2) Bentuk penggunaan bahasa yang muncul yaitu monolingual, bilingual, dan multilingual. Pada pola monolingual, bahasa Indonesia muncul dominan diikuti bahasa Inggris, bahasa Jawa, bahasa Arab, bahasa Sansekerta, gabungan bahasa Cina, Jepang, dan Belanda. Pada bentuk bilingual terjadi sembilan pola, yaitu Indonesia+Inggris, Indonesia+Arab, Indonesia+Jawa, Indonesia+Belanda, Indonesia+Sansekerta, Inggris+Jawa, Inggris+Arab, Indonesia+Cina, dan Jepang+Inggris. Pada bentuk multilingual terjadi lima pola, yaitu Indonesia+Jawa+Arab, Indonesia+Inggris+Arab, Indonesia+Inggris+Jawa, Indonesia+Inggris+Cina, dan Indonesia+Inggris+Sansekerta. Bahasa Indonesia dan bahasa Inggris terlibat dalam semua pola, baik Top-Down atau Bottom-Up. (3) Fungsi penggunaan bahasa pada teks di ruang publik Kota Malang menghasilkan dua fungsi, yaitu fungsi informasi dan simbolik. Top-Down lebih memegang andil pada fungsi informasi, sedangkan Bottom-Up lebih  berperan penting dalam membangun fungsi simbol. (4) Penggunaan bahasa pada Bottom-Up lebih bervariasi daripada Top-Down .

Kata kunci: Lanskap Linguistik, Linguistik korpus, Kota Malang