Suatu keharusan bahwa guru dapat berkomunikasi dengan baik agar mudah dipahami siswa. Tindak tutur direktif antara guru dengan siswa serta pematuhan prinsip kerja sama yang dikaitkan dengan konteks pembelajaran akan menciptakan komunikasi yang lancar antara guru dan siswa. Komunikasi yang lancar tentu menjadikan tujuan pembelajaran tercapai. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan (1) bentuk tindak tutur direktif pada interaksi pembelajaran bahasa Indonesia secara daring; (2) fungsi tindak tutur direktif pada interaksi pembelajaran bahasa Indonesia secara daring; (3) bentuk pematuhan prinsip kerja sama pada interaksi pembelajaran bahasa Indonesia secara daring; dan (4) bentuk penyimpangan prinsip kerja sama pada interaksi pembelajaran bahasa Indonesia secara daring kelas XI SMA Negeri 1 Parakan Kabupaten Temanggung.

Desain penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif berupa penelitian menggunakan metode atau pendekatan studi kasus (case study). Dokumentasi penelitian ini berupa rekaman pembelajaran dalam bentuk screenshoot google kelas. Metode analisis data berupa pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) bentuk tindak tutur direktif yang ditemukan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia terbagi ke dalam enam kategori, yaitu bentuk perintah (11,7%), permintaan (71,8%), nasihat (9,7%), ajakan (2,9%), larangan (1%), dan kritikan (2,9%). Dominasi temuan ada pada tindak permintaan yaitu sebesar 71,8% atau 74 data dari 103 data temuan.  (2) Fungsi tindak tutur direktif dalam pembelajaran menempati tuturan direktif masing-masing, yaitu tindak perintah (menyuruh dan menyilakan), tindak permintaan (menawarkan, mengharap, dan memohon), tindak nasihat (mengarahkan, mengingatkan, dan menganjurkan), tindak ajakan (mengajak), tindak larangan (melarang), dan tindak kritikan (menegur dan menyindir).  (3) Bentuk pematuhan prinsip kerja sama terdiri atas empat maksim, yaitu maksim kuantitas (33,9%), maksim kualitas (12,1%), maksim relevansi (44,8%), dan maksim cara (9,2%). Maksim relevansi menempati temuan terbanyak pada proses pembelajaran yang menunjukkan adanya respons mitra tutur terhadap tuturan penutur. (4) Bentuk penyimpangan prinsip kerja sama juga terdapat ke dalam empat maksim, yaitu maksim kuantitas (38,5%), maksim kualitas (19,2%), maksim relevansi (11,5%), dan maksim cara (30,8%). Penyimpangan paling banyak terjadi pada maksim kuantitas karena tidak tercapainya penutur memberikan informasi yang cukup atau berlebihan kepada mitra tutur.