×
Sambiloto (Andrographis paniculata) mengandung berbagai komponen bermanfaat yang diyakini mampu meningkatkan imun tubuh, salah satunya adalah andrographolid. Permintaan sambiloto di Indonesia mengalami peningkatan, namun tidak diimbangi dengan upaya produksi. Pemenuhan kebutuhan sambiloto masih bergantung pada budidaya sampingan dan pemanenan langsung dari alam, sehingga akan mengurangi ketersediaan dan plasma nutfah. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan komposisi media tanam, interval waktu penyiraman, dan interaksi yang tepat sebagai inovasi teknologi budidaya sambiloto. Penelitian dilaksanakan pada Mei sampai September 2021 di Rumah Kaca A Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret (UNS), Surakarta. Percobaan dilakukan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial dengan dua faktor perlakuan. Faktor pertama adalah komposisi media tanam tanah (M0), tanah dan pupuk kandang sapi 1:1 (M1), tanah dan pupuk kascing 1:1 (M2), serta tanah dan pupuk kandang kambing 1:1 (M3). Faktor kedua adalah perlakuan interval waktu penyiraman 3 hari sekali (I1) dan 4 hari sekali (I2). Kedua faktor menghasilkan 8 kombinasi perlakuan dengan 3 kali ulangan sehingga diperoleh 24 unit percobaan. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada interaksi antara komposisi media tanam dan interval waktu penyiraman. Komposisi media tanah dan pupuk kascing memberikan pertumbuhan dan hasil terbaik pada tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang primer, bobot segar dan bobot kering tanaman, serta kandungan andrographolid. Penyiraman 3 dan 4 hari sekali memberikan pengaruh yang sama terhadap pertumbuhan sambiloto. Andrographolid tertinggi sebesar 8,03% dihasilkan oleh media tanah dan pupuk kascing.