Desa Ketos merupakan bagian dari wilayah administrasi Kecamatan Paranggupito yang wilayahnya dikelilingi oleh pegunungan karang. Kondisi pertanian yang ada di Desa Ketos merupakan pertanian lahan kering yang mengandalkan air hujan sebagai sumber air untuk kelangsungan usaha taninya. Usahatani pada lahan kering memiliki karakteristik dan tantangan yang lebih besar, sehingga kegiatan penyuluhan sangat diperlukan untuk memfasilitasi dan mendampingi petani dalam meningkatkan pemahaman, kesadaran, serta keterampilan pada pengelolaan usahatani di lahan kering. Penyuluhan merupakan fasilitas yang diberikan oleh pemerintah untuk membantu dan mendampingi petani dalam memenuhi kebutuhan informasi petani. Pelayanan penyuluhan dapat dilihat dari aspek kenampakan fisik, reliabilitas responsivitas, kompetensi, dan akses untuk mengetahui kepuasan petani terhadap pelayanan penyuluhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi berbagai macam kebutuhan informasi petani lahan kering dan menganalisis pelaksanaan pelayanan penyuluhan terhadap pemenuhan kebutuhan informasi petani. Metode dasar dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Lokasi penelitian dipilih secara purposive, serta informan ditentukan secara purposive sampling dan snowball sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebutuhan informasi petani lahan kering berbeda dengan petani area persawahan. Petani lahan kering di Desa Ketos membutuhkan informasi seperti pengelolaan lahan kering, pola tanam, benih, iklim/cuaca, pengelolaan organisme pengganggu tanaman, pengairan, panen dan pasca panen, pemasaran, dan permodalan. Sumber informasi yang biasa dimanfaatkan petani berasal dari penyuluh, pengamat hama penyakit, sesama petani, agen obat, dan toko pertanian. Akses informasi di Desa Ketos terbilang cepat. Penyuluh berusaha memberikan pelayanan yang dapat memenuhi informasi sesuai dengan keadaan dan kebutuhan petani, tetapi dalam pelayanannya masih terdapat beberapa masalah dan kendala yang menghambat penyuluh melaksanakan tugasnya memberikan pelayanan informasi kepada petani. Pelayanan penyuluhan yang terlihat sesuai aspek kenampakan fisik, reliabilitas responsivitas, kompetensi, dan akses terbilang sudah membantu petani meskipun belum berjalan secara optimal.