Sansana Bandar adalah tradisi lisan yang lahir dan berkembang dalam kehidupan masyarakat Dayak Ngaju Kalimantan Tengah. Ia berupa cerita yang dituturkan dalam Bahasa Dayak Ngaju oleh seorang penutur yang disebut  panyansana.  Sansana Bandar bagi masyarakat Dayak Ngaju tidak hanya memiliki fungsi hiburan tetapi juga fungsi ritual yaitu sebagai media untuk memanjatkan cita-cita. Berbagai macam keinginan dan cita-cita dapat dipanjatkan oleh warga masyarakat Dayak Ngaju ketika melaksanakan sansana Bandar.  Bandar adalah seorang laki-laki yang diceritakan memiliki ketampanan dan  kecerdasan. Kehebatan tokoh Bandar yang diceritakan dalam sansana Bandar sangat berbeda jika dibandingkan dengan kehebatan tokoh dalam cerita-cerita legenda lainnya di Indonesia.  Perbedaan yang sangat penting antara Bandar dengan cerita-cerita lainnya adalah tidak ditemukannya konflik fisik untuk membangun karakter Bandar sebagai seorang tokoh yang hebat.  Sebaliknya, kehebatan Bandar dibangun melalui penokohan Bandar sebagai manusia yang dengan kemampuan intelektualitas yang sangat baik.  Gambaran kehidupan tokoh Bandar yang diceritakan di dalam sansana Bandar juga sangat berbeda apabila dibandingkan dengan gambaran kehidupan masyarakat Dayak secara umum yang dapat ditemukan dalam berbagai teks-teks tertulis masa lalu baik berupa catatan perjalanan dari para penjelajah, hasil studi bidang antropologi, arkeologi, maupun juga mitos yang berkembang tentang asal-usul masyarakat Dayak.
Terdapat dua hal penting yang melatarbelakangi penelitian disertasi ini.  Pertama, secara naratif, cerita tentang tokoh Bandar yang diceritakan di dalam sansana Bandar menceritakan kehebatan seorang tokoh dengan cara yang berbeda jika dibandingkan dengan cerita-cerita lainnya.  Kedua, cerita tentang Bandar dalam sansana Bandar menyampaikan cerita yang berbeda tentang kehidupan masyarakat Dayak di masa lalu jika dibandingkan dengan kesan-kesan yang ditulis oleh para penulis tentang Dayak dalam beberapa literatur terdahulu.  Latar belakang tersebut kemudian mengarahkan rumusan masalah penelitian ini menjai tiga rumusan, yaitu : (1) Bagaimana struktur naratif cerita Bandar yang dituturkan dalam sansana Bandar? (2) Mengapa struktur naratif teks cerita Bandar yang dituturkan di dalam sansana Bandar menunjukkan perbedaan apabila dibandingkan dengan konteks kehidupan masyarakat Dayak Ngaju seperti yang dapat ditemukan di dalam berbagai teks tertulis dan cerita lainnya? (3) Bagaimana keberadaan dan fungsi sansana Bandar dalam kehidupan masyarakat Dayak Ngaju Kalimantan Tengah? Penelitian ini memanfaatkan beberapa teknik sebagai metode untuk mendapatkan data penelitian.  Tiga sumber data penelitian ini adalah acara sansana Bandar, sumber tertulis, dan informan.  Lokasi pengambilan data penelitian adalah Kota Palangka Raya dan Kabupaten Kapuas. Data-data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan teknik analisis data sesuai dengan kerangka teori yang telah ditetapkan yaitu struktur naratif, semiotika, poskolonial, dan fungsional.     
  Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa Sansana Bandar, sebagai bagian  dari tradisi lisan masyarakat Dayak Ngaju menjadi berbeda dengan tradisi lisan pada umumnya ketika ia banyak memunculkan unsur serapan di dalam teks cerita. Berbagai unsur serapan di dalam teks cerita Bandar menggambarkan struktur mental masyarakat Dayak Ngaju sebagai masyarakat yang inferior.  Kemunculan unsur-unsur serapan di dalam teks cerita Bandar merupakan upaya peniruan identitas terhadap kebudayaan masyarakat lain yang lebih dominan.  Secara naratif, teks cerita dalam sansana Bandar mengandung ideologi perlawanan masyarakat Dayak Ngaju untuk melawan dominasi ideologi kolonial dalam mengonstruksikan mereka sebagai sebuah masyarakat.  Dalam realitas kehidupan masyarakat Dayak Ngaju di masa sekarang, fungsi praktis sansana Bandar sebagai media untuk memanjatkan cita-cita telah menurun seiring dengan adanya perubahan sosial budaya masyarakat. Selain adanya perubahan sosial budaya masyarakat, penyebab lain yang menyebabkan situasi tersebut adalah  adanya perubahan orientasi enisitas masyarakat dari Dayak menjadi Banjar atau Melayu sebagai akibat adanya perubahan agama dari Kaharingan ke Islam.  Sementara itu, fungsi khas sansana Bandar dalam tataran naratif yaitu sebagai bentuk perlawanan terhadap berbagai dominasi kekuasaan tidak disadari dan dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakatnya.  Narasi perlawanan dalam teks cerita Bandar tidak ditempatkan oleh masyarakatnya sebagai modal kultural untuk merekonstruksikan kembali identitas mereka sebagai sebuah masyarakat.