Salah satu upaya dalam mengolah kembali sisa jerami padi dengan pengomposan. Pemberian bioaktivator dalam proses pengomposan diketahui mampu mempercepat penguraian dan meningkatkan kualitas produk kompos. Penggunaan kompos sering dilakukan pada tanah yang bermasalah dengan kandungan unsur hara yang rendah, salah satunya di tanah alfisol. Tanah alfisol merupakan tanah dengan sebaran tinggi di Indonesia, tetapi memiliki masalah kandungan hara yang rendah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh berbagai bioaktivator dan bahan kompos terhadap kualitas kompos kemudian mengujinya pada tanaman kacang tanah di tanah alfisol yang dibandingkan dengan perlakuan kompos petani organik, pupuk kimia, dan set lengkap.
Penelitian ada dua tahapan: tahap pertama adalah pengujian kualitas kompos yang dihasilkan dari berbagai bioaktivator (A= EM4 + tetes tebu dan B= kultur dari konsorsium aerobik decomposer + pengayaan (kultur dari mikroba fungsional)) dan bahan kompos. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap faktor tunggal, yaitu C0 (kontrol, jerami padi tanpa bioaktivator); C1 (jerami padi + bioaktivator A); C2 (jerami padi + bioaktivator B); C3 (jerami padi + kotoran sapi + bioaktivator B); C4 (serasah daun + kotoran sapi + bioaktivator B). Tahap kedua adalah aplikasi produk kompos pada tanaman kacang tanah menggunakan uji Pot percobaan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap faktor tunggal dengan sepuluh perlakuan dan diulang tiga kali, yaitu P0 (kontrol); P1 (kompos C0); P2 (kompos C1); P3 (kompos C2); P4 (kompos C3); P5 (kompos C4); P6 (kompos petani organik Desa Kutho); P7 (pupuk kimia 50%); P8 (pupuk kimia 100%); P9 (set- kombinasi).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bioaktivator dan bahan kompos terhadap laju dekomposisi tertinggi dengan taraf sama pada perlakuan C2 (jerami padi + bioaktivator B), C3 (jerami padi + kotoran sapi + bioaktivator B), dan C4 (serasah daun + kotoran sapi + bioaktivator B) sebesar 30-37% dibandingkan dengan kompos kontrol, tetapi kompos C3 memiliki ketersediaan hara dan kepadatan mikroba pelarut fosfat lebih tinggi. Aplikasi dari kompos C3 (pot P4) dan C4 (pot P5) pada tanaman kacang tanah di tanah alfisol menunjukkan nilai tertinggi pada ketersediaan hara, indeks kelarutan fosfat dari fungi pelarut fosfat, dan hasil tanaman kacang tanah (serapan hara N dan P; total dan berat polong) dibandingkan dengan pot kontrol. Penggunaan kompos jerami padi + kotoran sapi dan kompos serasah daun + kotoran dengan bioaktivator B pada tanaman kacang tanah memiliki keunggulan dalam ketersediaan hara, indeks kelarutan fosfat dari fungi pelarut fosfat, dan hasil kacang tanah dibandingkan dengan kompos petani organik desa Kutho dan pupuk kimia dosis 100%, tetapi perlakuan set-kombinasi memiliki taraf sama dalam ketersediaan hara, indeks kelarutan fosfat dari fungi pelarut fofasat, dan hasil tanaman kacang.