Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana ketidakadilan gender yang terdapat dalam catcalling terhadap supporters perempuan Persis serta bagaimana peran supporters perempuan Persis untuk mengatasi ketidakadilan gender yang terdapat dalam catcalling tersebut.

            Kajian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dengan informan supporters perempuan Persis Solo yang mengalami catcalling ketika menyaksikan pertandingan sepakbola secara langsung di stadion. Data dalam kajian ini diperoleh melalui metode observasi partisipatif dimana peneliti ikut serta menyaksikan pertandingan Persis di stadion, serta melalui proses wawancara semi terstruktur, dan dokumentasi. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ketidakadilan gender Mansour Fakih

            Hasil kajian menunjukkan bahwa: (1) supporters perempuan Persis dijadikan sebagai objek catcalling oleh supporters laki-laki sehingga menunjukkan adanya ketidakadilan gender. Ketidakadilan gender termanifestasi dalam bentuk marginalisasi, subordinasi, stereotipe, maupun kekerasan yang saling berkaitan. Disamping itu, (2) untuk mengatasi ketidakadilan gender dalam catcalling yang diterima supporters perempuan Persis, dilakukan beberapa upaya jangka pendek, yaitu dengan cara mengikuti komunitas supporters, mengikuti komunitas supporters khusus perempuan, dan sharing pengalaman terkait catcalling di dalam komunitas supporters khusus perempuan.

Simpulan dari kajian ini adalah fenomena catcalling terhadap supporters perempuan Persis oleh supporters laki-laki menunjukkan bahwasannya terdapat ketidakadilan gender yang dialami perempuan, sebagai akibat konstruksi dan rekayasa sosial oleh masyarakat terhadap pembedaan gender. Selain itu, supporters perempuan Persis sebagai korban juga berperan dalam mengatasi ketidakadilan gender yang dialami, melalui keikutsertaan perempuan dalam ruang publik maupun penggalakkan edukasi dan pengembangan perempuan melalui komunitas supporters Persis, sebagai wujud upaya jangka pendek mengatasi ketidakadilan gender.