Pertanian modern menghadapi berbagai tantangan yang berkaitan dengan peningkatan hasil panen dan kepedulian terhadap lingkungan. Penggunaan masukan (input) kimia, baik itu pupuk maupun pestisida dalam bidang pertanian mempunyai prioritas pada hasil tapi abai terhadap kondisi lingkungan sehingga perlu menerapkan pengelolaan pertanian berkelanjutan yang berwawasan lingkungan, yaitu melalui Pemanfaatan sumber daya lokal sebagai bahan baku pupuk ramah lingkungan. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan bonggol pisang dan akar bambu sebagai bahan baku pupuk dikombinasikan dengan pupuk kandang dari kotoran sapi mempunyai peluang untuk dikembangkan secara luas terutama di lahan padi sawah dengan hasil berat gabah panen menghasilkan 4,9% lebih tinggi dari pupuk kimia, sedangkan peningkatan emisi gas metana (CH4) lebih kecil dari pupuk kimia mengurangi dampak gas rumah kaca (GRK). Selain itu ada keuntungan di sisi ekonomi melalui penghematan biaya produksi dan harga jual yang lebih tinggi dari produk yang dihasilkan serta memperhatikan minat petani untuk menggunakan sumberdaya lokal dalam pengelolaan pertanian dipengaruhi oleh aspek sumber daya alam (SDA) yang memadai, aspek sumber daya manusia (SDM) yang unggul dan berkualitas, serta aspek sosial dengan kecukupan modal dan peran serta pemerintah mendukung pengembangan teknologi pertanian. Model pengelolaan yang dihasilkan adalah interpretasi secara menyeluruh dari proses kegiatan penelitian, melalui observasi, survey, maupun percobaan lapangan. Model pengelolaan pertanian berkelanjutan berwawasan lingkungan mempunyai peluang untuk berkembang melalui sinergitas komponen SDA, SDM, dan ekonomi dengan indikator keberlanjutan, meliputi: ketersediaan lahan sawah, ketersediaan bahan baku, peningkatan produktivitas pertanian, kemudahan penguasaan proses produksi, rendahnya emisi gas metana (CH4), serta ketertarikan (minat) petani.

Kata Kunci: Pertanian berkelanjutan berwawasan lingkungan, pupuk ramah lingkungan, pengelolaan  pertanian