Rumah merupakan kebutuhan primer bagi masyarakat. Dilihat dari perkembangan perekonomian, harga rumah dirasa cukup tinggi. Sehingga alternatif yang dapat ditempuh pemerintah dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur adalah dengan kebijakan pemberian kredit untuk kepemilikan rumah  dan menunjuk lembaga keuangan sebagai penyalur Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Sistem pemilikan rumah melalui KPR sangat dipengaruhi oleh kebijakan-kebijakan lembaga keuangan, otoritas moneter negara (bank sentral/Bank Indonesia), serta dipengaruhi oleh kondisi perekonomian negara secara keseluruhan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji bagaimanakah pengaruh pendapatan, jumlah penduduk, harga rumah, dan suku bunga terhadap permintaan Kredit  Pemilikan Rumah (KPR) di Indonesia selama pandemi Covid-19.
Jenis data dalam penelitian ini yaitu data panel yang merupakan penggabungan data silang tempat (cross section) provinsi-provinsi yang ada di Indonesia dan data deret waktu (time series) dari periode 2020:1 sampai dengan 2021:4. Menggunakan data Sekunder yang bersumber dari Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Badan Pusat Statistik (BPS). Teknik analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi data panel, analisis deskriptif dan pengujian asumsi klasik yang diolah menggunakan aplikasi pengolahan data eviews 10.
Hasil analisis menunjukkan pendapatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan KPR, jumlah penduduk tidak berpengaruh signifikan terhadap permintaan KPR, harga rumah tidak berpengaruh signifikan terhadap permintaan KPR, dan tingkat suku bunga KPR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap permintaan KPR. Setelah mengkaji hasil penelitian ini, peneliti menyarankan perlunya perbankan untuk memperluas penyaluran kredit serta kebijaksanaan dalam penentuan tingkat suku bunga. Pemerintah perlu melakukan kebijakan menjaga kestabilan harga rumah dan suku bunga kredit serta masyarakat diharapkan dapat  lebih memanfaatkan keberadaan bank dengan baik.