Perkembangan industri kreatif saat ini khususnya di bidang desain media digital, berlangsung begitu cepat. Hal ini sejalan dengan perkembangan revolusi industri 4.0 pada teknologi desain yang digunakan seperti hardware dan software serta pada kemudahan untuk menemukan penyedia jasa desain itu sendiri. Kita akan dengan mudahnya  menemukan jasa pembuatan desain media digital lewat website dan sosial media dari sebuah freelancer, studio atau agensi desain. Karena cepatnya perkembangan tersebut, orang yang tidak memiliki keahlian desain juga dapat membuat desain postingan Instagram hanya lewat template yang ada di aplikasi handphone seperti Canva. Hal tersebut tentunya dapat menimbulkan persaingan yang sangat ketat di antara penyedia jasa desain karena mereka juga harus bisa bersaing dengan perusahaan pembuat aplikasi desain template.

Ketatnya persaingan dalam memperebutkan para pengguna jasa desain khususnya pada media digital membuat industri ini menjadi pasar red ocean. Dalam buku Blue Ocean Shift yang ditulis oleh W. Chan Kim dan Renee Mauborgne (2017) menjelaskan bahwa red ocean adalah kondisi dimana pasar dipenuhi persaingan yang sangat ketat hingga dapat menyebabkan kompetisi “berdarah”. Hal tersebut tentu akan menjadi tantangan besar bagi setiap penyedia jasa desain media digital agar mereka dapat bertahan dengan persaingan ini. Para freelancer, studio atau agensi desain di tuntut untuk bisa menciptakan cara – cara kreatif dalam memasarkan jasa mereka dengan menempatakan brand postioning yang tepat sesuai target pasar yang mereka incar. Salah satu studio desain yang bergerak pada industri ini adalah Mala Studio.

Mala Studio yang beralamat di Jalan Matoa Raya Nomor 13, Karangasem, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta, Jawa Tengah, merupakan salah satu studio desain yang menyediakan jasa pembuatan desain media digital. Studio ini sejatinya berdiri dengan nama Lampu Pijar pada tahun 2017. Pemilik studio ini yaitu Bapak Krisna Putra Wibowo memutuskan untuk me-nonaktifkan studio ini dari awal tahun 2018 hingga pertengahan tahun. Memasuki bulan November 2021, beliau memutuskan untuk melanjutkan perjalanan Lampu Pijar. Beliau sadar bahwa brand image dari Lampu Pijar sudah mulai pudar karena masa hiatus dan studio ini kesulitan untuk menemukan kembali brand positioning yang tepat di tengah persaingan industri kreatif khususnya di bidang desain. Dengan segala pertimbangan yang telah dilalui, akhirnya beliau memutuskan untuk melakukan rebranding pada studio ini dan menggantinya dengan nama baru yaitu Mala Studio. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk membangun kembali brand image dan menemukan brand positioning yang tepat dari studio ini. Pemberian nama ini murni berdasarkan keinginan pemilik yang diambil dari nama anak beliau yaitu Kama dan Kala. Dengan harapan studio tersebut dapat bertumbuh dan bisa diperhatikan layaknya anak sendiri.

Tujuan utama dari rebranding identitas visual Mala Studio dan aplikasinya pada media digital adalah sejalan dengan keinginan pemilik, yaitu untuk dapat merancang identitas visual dalam upaya membangun kembali brand image dan menemukan brand postioning yang tepat pada studio ini.

Menyadari bahwa cakupan perancangan ulang identitas visual sangatlah luas, maka penulis membatasi masalah pada aspek visual dan penggunaan media utama serta media pendukung. Media utama yang digunakan adalah buku Graphic Standard Manual (GSM). Sedangkan media pendukungnya adalah desain sosial media, quotation, stationary, website, dan merchandise.