Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor unggulan di Thailand yang menyumbang penghasilan negara terbesar. Namun, perkembangan pariwisata yang pesat di Thailand juga memiliki hubungan yang erat dengan meningkatnya angka prostitusi. Sex tourism menjadi salah satu fenomena yang membawa Thailand pada posisi dilema. Walaupun menjadi sumber penghasilan yang menjanjikan bagi Thailand, namun dampak negatif lain seperti penyebaran penyakit HIV/AIDS, perdagangan manusia, serta citra buruk Thailand di mata internasional. Dampak negatif tersebut kemudian mendorong pemerintah Thailand untuk melaksanakan program kerja Re-branding citra sektor pariwisatanya melalui organisasi Tourism Authority of Thailand (TAT). Program kerja ini didasarkan pada rencana pembangunan “The Second National Tourism Development Plan 2017-2021”. TAT yang  merupakan organisasi dibawah Kementerian pariwisata Thailand dan berugas untuk mempromosikan produk pariwisata Thailand, telah memiliki kantor hampir di setiap negara. TAT menjalankan tugas nya dengan memilih sosial media sebagai saranautama kegiatan promosi mereka. Indonesia sebagai negara tetangga Thailand, cukup banyak menyumbang wisatawan ke Thailand, dan TAT Jakarta cukup berperan dalam hal tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif diskriptif dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara mendalam dan studi pustaka. Hasil penelitian ini melihat bahwa penggunaan sosial media oleh TAT Jakarta, sebagai sarana promosi ke Indonesia sejalan dan mendukung upaya re-branding pariwisata Thailand yang berlandaskan rencana pembangunan pariwisata Thailand “The Second National Development Plan 2017-2021”  Pembahasan ini akan dianalisis menggunakan konsep Public Diplomacy dan Nation Branding.

Keywords : Thailand, Sex Tourism, Re-branding, Tourism Authority of Thailand Indonesia, Sosial Media.