Penulis Utama : Ratih Ari Satitik
NIM / NIP : S442008006
×

Grebeg Tengger Tirto Aji (GTTA) merupakan kearifan lokal Indonesia yang memiliki fungsi, manfaat, makna dan nilai-nilai positif yang berperan dalam membentuk pendidikan karakter. Hal ini mengingat turunnya tingkat moralitas dan budi pekerti peserta didik, sehingga dapat menimbulkan kecenderungan perilaku menyimpang dari aturan norma. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) Wujud dan prosesi Grebeg Tengger Tirto Aji di Sendang Widodaren, (2) bentuk nilai kearifan lokal Grebeg Tengger Tirto Aji di Sendang Widodaren, dan (3) Mendeskripsikan implementasi nilai kearifan lokal Grebeg Tengger Tirto Aji sebagai bentuk penguatan pendidikan karakter bagi peserta didik SMA.

Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif dengan pendekatan etnografi. Data penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer yakni hasil wawancara, sedangkan data sekunder berupa arsip foto. Sumber penelitian berupa dokumen dan informan. Teknik pengambilan data menggunakan purposive sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan wawancara mendalam. Teknik validitas data menggunakan triangulasi data (sumber). Teknik analisis data menggunakan model interaktif berupa reduksi, sajian data, penarikan Simpulan. Hasil penelitian menunjukkan adanya (1) GTTA berasal dari mitos Dewi Madrim yang sedang mencari sumber mata air, wujud Ubarampe meliputi Tumpeng Mbah Kabul, Tumpeng Larung, Gunungan tumpeng Gedhe, Bubur panca warna, dan Pecok bakal. Serta peralatan Gamelan, kendi, tikar anyaman,jodhang, baskom, cebok (gayung), tempeh, prasen, kembang setaman, dan bendera merah putih, tarub dan kursi. Prosesi upacara antara lain Arak-arakan Tumpeng (Pergerakan Tumpeng), Sambutan, Tarian Bedoyo Lok Suruh, Pengambilan Air Suci, Burakan Tumpeng (Berebut Tumpeng), dan Larung Sesaji (menghanyutkan sesaji), (2) Bentuk nilai kearifan lokal meliputi nilai kedamaian terdiri dari 7 nilai dan nilai kesejahteraan terdiri dari 8 nilai. (3) Implementasi nilai kearifan lokal GTTA sebagai bentuk penguatan pendidikan karakter terdapat dalam KI 2.4. Melalui tahap pengenalan melalui audio visual, tahap pengapresiasi yang terdiri dari pengamatan, analisis dan mengomentari, selanjutnya tahap penguatan melalui peran guru dalam menjelaskan nilai dan makna kearifan lokal GTTA. Hal ini didasarkan pada nilai kearifan lokal yang terdapat dalam GTTA selaras dengan nilai pendidikan karakter yang dicetuskan oleh pusat kurikulum.