Pada tahun 2020, Kabupaten Blitar menduduki peringkat empat dengan status tinggi rawan bencana dan peringkat tiga dengan status tinggi risiko bencana di Jawa Timur. Hal ini berkaitan dengan angin puting beliung sebagai bencana yang sering terjadi pada tahun tersebut. Angin puting beliung mengakibatkan orang terluka hingga korban jiwa, mengungsi, serta banyak fasilitas yang rusak pasca bencana terjadi. Selanjutnya, sulitnya koordinasi BPBD dengan pihak terkait dan jauhnya jarak lokasi kejadian bencana dengan Kantor BPBD Kabupaten Blitar memperlambat penanganan bencana. BPBD Kabupaten Blitar perlu melakukan manajemen bencana untuk meminimalkan risiko atau kerugian yang ditimbulkan. Sesuai pernyataan sebelumnya, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tahapan manajemen bencana dalam menanggulangi angin puting beliung yang telah dilakukan oleh BPBD Kabupaten Blitar.

Penelitian ini menggunakan teori manajemen bencana menurut Moe, T. L. & Pathranarakul, P. (2006) yang terdiri dari lima tahap yaitu: 1) prediksi, 2) peringatan, 3) bantuan darurat, 4) rehabilitasi, dan 5) rekontruksi.

Jenis penelitian yang dilakukan adalah kualitatif diskriptif. Data dikumpulkan melalui wawancara langsung, observasi, serta dokumentasi. Informan dipilih melalui teknik purposive sampling. Validitas data dilakukan dengan menggunakan teknik triangulasi sumber. Data yang telah terkumpul dianalisis menggunakan model interaktif menurut Miles & Huberman (2014).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa BPBD telah melaksanakan seluruh dimensi dari manajemen bencana dalam menanggulangi bencana angin puting beliung. Namun, dua dimensi dari manajemen bencana, prediksi dan peringatan, belum terlaksana secara maksimal.