Bunga telang berwarna indah dan khasiatnya telah digunakan secara empiris oleh masyarakat sebagai obat. Warna biru yang intens pada bunga berasal dari senyawa antosianin. Pengaruh kondisi tempat tumbuh berdampak pada produksi metabolit sekunder. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ketinggian tempat tumbuh terhadap parameter spesifik dan non spesifik serta kadar antosianin total yang terkandung dalam ekstrak etanol bunga telang.
Simplisia bunga telang didapat dari Salatiga, Sleman, dan Cilacap. Metode penelitian yang dilakukan adalah eksperimental dengan parameter pengujian spesifik dan non spesifik. Uji kadar sari larut etanol, skrining fitokimia melalui profil KLT, dan kadar antosianin total dilakukan sebagai uji parameter spesifik, sedangkan untuk uji parameter non spesifik adalah uji kadar abu total dan tidak larut asam, kadar air, susut pengeringan, dan bobot jenis. One-way ANOVA dan Kruskal-Wallis dipakai untuk analisis statistik. Analisis dilanjutkan dengan uji post hoc LSD untuk menganalisis perbedaan hasil standardisasi dari tiga daerah.
Tidak ada perbedaan signifikan pada hasil uji kadar antosianin total antara ketiga sampel Salatiga (0,00938±0,005), Sleman (0,00519±0,001), dan Cilacap (0,00826±0,002 mg/100g). Hasil kadar sari larut etanol dan kadar abu tidak larut asam pun tidak terdapat perbedaan signifikan antara sampel Salatiga (70,9±0,1; 0,846±0,166), Sleman (70,367±1,401; 0,803±0,12) dan Cilacap (72,467±2,237 %b/b; 0,994±0,269 %b/b). Namun, ada perbedaan signifikan pada kadar abu total dan susut pengeringan antara sampel Salatiga (1,528±0,127; 14,215±2,25), Sleman (1,692±0,246; 16,792±0,385), dan Cilacap (2,174±0,412 %b/b; 9,107±3,218 %b/b). Begitu pula untuk hasil uji kadar air dan bobot jenis pada sampel Salatiga (31±0,866; 1,280±0,006), Sleman (34,127±1,258; 1,270±0,006), dan Cilacap (29,833±0,577 %b/b; 1,258±0,003).