×
Pangan merupakan salah satu kebutuhan utama atau primer yang harus dipenuhi agar tidak mengganggu kelangsungan hidup masyarakat, termasuk masyarakat perkotaan dengan lahan produksi bahan pangan yang terbatas. Demi mewujudkan ketahanan pangan nasional, pemerintah Indonesia di bawah naungan Kementerian Pertanian menerapkan program Pekarangan Pangan Lestari (P2L) yang sebelumnya bernama Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) sebagai wujud implementasi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana modal sosial yang dimiliki oleh Karang Taruna Danukusuman dalam mengimplementasikan program Pekarangan Pangan Lestari (P2L). Analisis modal sosial dilakukan pada tiga aspek, yaitu aspek bonding, bridging dan linking. Masing-masing aspek tersebut mempengaruhi proses implementasi yang terdiri dari tahap pengorganisasian, interpretasi dan aplikasi, sehingga akan diketahui bagaimana efektivitas pelaksanaan program P2L di Kota Surakarta. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus, dengan mewawancarai 5 informan berbeda yang diambil melalui teknik purposive dan snowball sampling. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis Model Interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum, modal sosial yang terbentuk dalam Karang Taruna Danukusuman pada implementasi program P2L adalah jenis modal sosial bonding dan linking, dimana hanya terjalin komunikasi antar anggota dalam komunitas dan dengan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Surakarta sebagai Lembaga formal yang menaungi program atau kegiatan P2L. Bridging tidak terjadi karena dari 27 komunitas P2L di Kota Surakarta Karang Taruna Danukusuman merupakan satu-satunya organisasi Karang Taruna yang menerima kegiatan P2L. Tidak ada Karang Taruna lain yang melaksanakan kegiatan P2L serta Karang Taruna Danukusuman juga tidak menjalin Kerjasama dengan komunitas lain. Masing-masing tahapan implementasi telah dilaksanakan dengan baik meskipun pada tahap aplikasi terjadi kendala dalam pelaksanaanya karena banyaknya SDM yang pasif karena kesibukan masing-masing, sehingga menghambat kelancaran pelaksanaan kegiatan.