Bentuk eksploitasi yang terjadi terhadap alam merupakan bentuk dominasi kapitalisme yang berkaitan dengan dominasi pada perempuan. Hal tersebut merupakan perspektif dari ekofeminisme yang melihat adanya ketidakadilan yang dialami oleh alam juga di alami perempuan. Perempuan menjadi pihak yang bertanggung jawab atas kerusakan alam yang terjadi, karena perempuan adalah pihak yang dianggap lebih dekat dengan alam melalui kegiatan reproduksi mereka seperti mencari air dan mengolah bahan pangan. Sehingga perempuan harus berjuang untuk melawan masalah mendasar yang berkaitan dengan keberlangsung hidup mereka.

Tesis ini bertujuan untuk mengkaji lebih mendalam terkait dengan 1) faktor ketahanan produktifitas perempuan Cimahpar yang berprofesi sebagai pengrajin anyaman bambu ketika menghadapi ancaman kapitalisme yang menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan yaitu berupa berkurangnya kapasitas pohon bambu yang menjadi sumber penghidupan mereka 2) pandangan mereka terhadap nilai bambu sebagai salah satu cara mereka untuk menjaga kelestarian alam yang lebih luas, 3) Strategi yang dilakukan oleh perempuan Cimahpar ketika mengatasi degradasi lingkungan yang terjadi pada wilayah mereka. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang berpijak pada kajian budaya dengan dilandasi oleh teori ekofeminisme dan cultural capital (modal budaya). Data penelitian diperoleh dengan metode etnografi yaitu merujuk pada hasil observasi, wawancara, dan FGD.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) perempuan Cimahpar memiliki modal budaya berupa pengetahuan serta kesadaran untuk menjaga kelestarian alam yang digunakan oleh mereka untuk berjuang di dalam ranah kehidupan masyarakat Cimahpar serta diwujudkan dengan pergerakan mereka untuk melawan dominasi. Kesadaran mereka terhadap pentingnya menjaga alam dan pentingnya menjaga ekosistem bambu merupakan faktor ketahanan produktivitas mereka sebagai pengrajin anyaman bambu, 2) kedekatan yang terjalin antara perempuan Cimahpar dengan pohon bambu didasari oeh perspektif bahwa alam dan manusia saling membutuhkan satu sama lain. Bambu menjadi sumber penghidupan bagi perempuan Cimahpar. Sehingga mereka berpadangan secara subsistence perspective yaitu berpandangan lebih progresif terhadap keberlangsungan ekosistem bambu di masa depan, 3) strategi yang dilakukan oleh perempuan Cimahpar untuk memulihkan kembali wilayah mereka adalah dengan melakukan penanaman ulang pohon bambu, dan transfer pengetahuan yang dilakukan kepada anak cucu mereka. Hal ini bertujuan agar produktivitas kerajinan anyaman bambu dan ekosistem pohon bambu di wilayah mereka tetap hidup hingga generasi selanjutnya.