Perkembangan teknologi di era digital mendorong masyarakat semakin gemar beraktifitas di media sosial, tak terkecuali remaja. Hampir setiap hari remaja mengakses media sosial, dan salah satu media sosial yang paling sering diakses adalah Facebook. Bukan hanya sebagai alat komunikasi, Facebook juga digunakan remaja untuk membagikan apa saja kepada publik, seperti foto, video, nomor telepon, lokasi, dan lain sebagainya. Tidak sedikit dari hal tersebut merupakan bagian dari privasi yang tidak perlu dibagikan ke publik. Privasi merupakan hal penting. Setiap orang memiliki sebuah rasa kepemilikan informasi tentang diri sendiri, dan mereka juga memiliki hak untuk mengendalikan informasi tersebut. Namun sayangnya masih banyak remaja yang kurang paham dengan yang dimaksud privasi sehingga melakukan banyak pengungkapan di Facebook. Kaburnya batasan antara ruang privat dan publik ini berdampak negatif terutama pada banyak kasus remaja. Seperti yang terjadi di Desa Padang, Kecamatan Tanggungharjo, Kabupaten Grobogan. Dari survei Lembaga Perlindungan Anak Desa (LPAD) Padang tahun 2019, dari 100 remaja, 72 remaja mengaku pernah mendapat tindak kejahatan di media sosial dan 34 diantaranya terjadi di Facebook. Maka dari itu, memutuskan apa yang akan diungkapkan dan apa yang harus disembunyikan menjadi hal penting yang harus dilakukan sebelum melakukan self-disclosure. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengelolaan privasi yang dilakukan oleh remaja khususnya remaja Desa Padang, Kecamatan Tanggungharjo, Kabupaten Grobogan dalam menggunakan Facebook dan apa alasan mereka mengungkapkan privasi di Facebook.
Teori yang digunakan adalah Communication Privacy Management (CPM) yang dicetuskan Sandra Petronio. CPM membahas tekanan antara keterbukaan dan rahasia pribadi, antara sesuatu yang bersifat ‘publik’ dan ‘rahasia’ dalam hubungan. Sehingga CPM menjadi sebuah penjelasan untuk manajemen yang tepat dalam menggunakan media sosial Facebook.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan metode studi kasus. Populasinya adalah 104 remaja usia 12-21 tahun di Desa Padang yang menggunakan Facebook. Sementara sampelnya sejumlah 10 informan yang diambil berdasarkan purposive sampling.
Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa ternyata masih banyak remaja di Desa Padang, Kecamatan Tanggungharjo, Kabupaten Grobogan yang belum dapat mengelola privasi dengan baik sehingga mereka banyak mengungkapkan informasi pribadi di media sosial seperti Facebook. Hal itu disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya; mayoritas remaja belum paham mengenai privasi dan pentingnya menjaga privasi, sehingga mereka membagikan informasi apapun mengenai privasi tanpa memikirkan risiko yang akan terjadi. Minimnya sosialisasi dari beberapa pihak seperti orang tua, guru, dan pemerintah setempat juga turut menjadikan kurangnya kewaspadaan remaja tentang bahaya dan risiko yang mengancam di internet khususnya media sosial sebagai platform hiburan. Selain kurangnya pengetahuan remaja mengenai privasi, beberapa hal yang menjadi alasan remaja melakukan pengungkapan di Facebook diantaranya untuk membangun kelompok pertemanan, kebutuhan untuk menunjukkan eksistensi diri, serta sebagai pengalihan atas berbagai masalah.

Kata kunci: CPM, Facebook, Media Sosial, Privasi, Remaja