Postpartum blues muncul ketika seorang ibu tidak berhasil menyesuaikan diri terhadap perubahan pola kehidupan akibat kehamilan, proses kehamilan, persalinan, dan pasca persalinan. Penelitian ini penting sebab postpartum blues masih sering kali dianggap sebagai hal yang wajar terjadi akibat perubahan hormon pasca persalinan dan karena postpartum blues dapat berkembang menjadi depresi postpartum bila tidak tertangani dengan baik. Depresi postpartum memiliki durasi lebih lama dan intensitas lebih kuat akan memberikan dampak negatif bagi individu, perkembangan bayi, hubungan dengan suami dan keluarga. Strategi koping postpartum blues penting untuk diidentifikasi karena dapat menambah atau mengurangi tingkat keparahan dan durasi episode gangguan. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan melibatkan 53 responden yang merupakan anggota komunitas MHI. Pengumpulan data dilakukan dengan metode kuesioner terbuka, studi dokumen, dan wawancara. Dugaan munculnya postpartum blues pada subjek diperkuat dengan hasil pengisian The Edinburgh Postnatal Depression Scale.

Terjadinya postpartum blues ditandai dengan munculnya faktor biopsikososial sebelum dan setelah persalinan. Adanya perubahan biologis, emosinal, sosial, dan juga psikis memberi kontribusi bagi berkembangnya postpartum blues. Strategi yang digunakan ada dua, yaitu berfokus pada emosi dan berfokus pada masalah. Strategi koping digunakan secara bergantian atau bersamaan hingga subjek terhindar dari krisis lebih lanjut. Hasil temuan penelitian menyatakan bahwa strategi koping yang banyak digunakan adalah strategi koping yang berfokus pada emosi dengan persentase 42,11%. Strategi koping yang berfokus pada masalah berada di urutan kedua dengan persentase 38,16%, sedangkan strategi yang paling sedikit digunakan adalah strategi koping “Less usefull” dengan persentase 18,42%. Keberhasilan dalam menangani postpartum blues juga dipengaruhi oleh dukungan sosial dari keluarga yang sangat membantu penyelesaian masalah.