Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia sejak awal tahun 2020 mengubah kegiatan pembelajaran yang semula tatap muka menjadi pembelajaran dalam jaringan. Perubahan tersebut juga terjadi pada Pembelajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) yang semula diselenggarakan luring berubah menjadi daring. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) perencanaan pembelajaran, (2) pelaksanaan pembelajaran, (3) hambatan dalam pembelajaran, dan (4) solusi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dalam jaringan bagi penutur asing pada kelas privat di Lembaga Alam Bahasa Yogyakarta pada masa pandemi Covid-19. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan jenis studi kasus. Penelitian dilakukan di Lembaga Alam Bahasa Yogyakarta. Data dan sumber data penelitian ini di antaranya (1) informan yakni pengajar dan pemelajar BIPA untuk mengetahui hambatan dan solusi pembelajaran BIPA dalam jaringan, (2) peristiwa pembelajaran untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran, dan (3) dokumen berupa silabus, rencana pembelajaran, ataupun buku-buku yang mendukung pembelajaran untuk mendapatkan data mengenai perencanaan pembelajaran. Data dikumpulkan melalui teknik observasi, wawancara, dan analisis dokumen. Validasi data dalam penelitian ini menggunakan triangulasi metode, sumber, dan teori. Data yang didapatkan dianalisis  dengan teknik analisis interaktif. Hasil penelitian ini disimpulkan bahwa (1) perencanaan pembelajaran dimulai dengan pengembangan silabus yang mengacu pada Common European Framework of Reference for Languages (CEFR) dengan pelevelan dibagi menjadi tiga. Silabus diturunkan menjadi rencana pembelajaran yang dibuat oleh pengajar. Sementara itu, (2) pelaksanaan pembelajaran BIPA dalam jaringan di Alam Bahasa Yogyakarta pada masa pandemi Covid-19 memanfaatkan video konferensi melalui aplikasi Google Meet, Zoom, atau Skype. Pembelajaran BIPA dalam jaringan dilaksanakan menggunakan metode langsung, metode berbasis teks, dan metode bermain peran. Materi pembelajaran yang digunakan yakni buku teks berseri dan artikel-artikel pendukung. Media pembelajaran yang digunakan yaitu media teks, visual, audio, audiovisual, manipulatif atau realia. Penilaian pembelajaran dilakukan menggunakan penilaian formatif dan sumatif. (3) Hambatan nonteknis berupa hambatan berbahasa mendominasi hambatan dalam pembelajaran daring. Hambatan tersebut di antaranya (a) kesalahpahaman pemelajar atas pertanyaan yang diberikan pengajar, (b) ketidaktepatan penggunaan imbuhan, (c) kesalahan pelafalan, (d) penurunan konsentrasi karena durasi pembelajaran yang lama, (e) penurunan konsentrasi karena distraksi orang atau hewan peliharaan, (f) pengaruh motivasi pemelajar, (g) penyimpanan bahan ajar kurang efektif, (h) koneksi internet tidak stabil, (i) gegar budaya pergeseran waktu, (j) pemelajar tidak hadir dalam pembelajaran yang telah dijadwalkan, dan (k) aplikasi tertentu tidak dapat diakses pemelajar. (4) Sementara itu, untuk mengatasi berbagai hambatan tersebut, sejumlah solusi diciptakan dan dilakukan antara lain (a) mengubah strategi komunikasi, (b) memberi lebih banyak contoh kata menggunakan huruf yang salah dilafalkan, (c) memberi lebih banyak contoh penggunaan imbuhan, (d) membatasi durasi pembelajaran maksimal dalam sehari, (e) menyingkirkan hal-hal yang berpotensi mendistraksi pembelajaran, (f) memberi selingan permainan (ice breaking), (g) menggunakan ruang penyimpanan awan (cloud storage), (h) menunda pembelajaran dan mencari koneksi internet yang stabil, (i) mengomunikasikan budaya pergeseran waktu, (j) melaksanakan pembelajaran asinkronus, dan (k) mengubah teknis penilaian.