Penulis Utama | : | Prahastiwi Utari |
1. Annisaa Fitri 2. Firdastin Ruthnia Yudiningrum 3. Tanti Hermawati 4. Eko Setyanto 5. Chatarina Heny 6. |
||
NIM / NIP | : | 196008131987022001 |
Pandemi Covid-19 telah mengubah wajah dunia. Apa yang sebelumnya bisa dilakukan dengan interaksi dan komunikasi secara langsung, kini terpaksa harus termediasi. Salah satu bidang usaha yang terkena dampak covid-19 dan terpaksa harus termediasi secara online adalah jual beli. Proses jual beli yang awalnya terjadi dengan interaksi langsung, kini terpaksa berjalan secara online. Hal ini tentu menyebabkan beberapa usaha yang pada mulanya berjalan dengan normal, terpaksa tutup atau beralih ke moda penjualan online. Para penjual berbondong-bondong memberi diskon dan menjual produknya secara online. Akibatnya, angka penjualan online meningkat tajam pada 2020.
Pada sisi produk yang dijual, ada perubahan signifikan dari penjualan produk. Produk-produk kesehatan seperti multivitamin, masker, disinfektan, termometer, dan sarung tangan kini menempati urutan pertama dalam peringkat barang yang paling laris terjual pada 2020. Sedangkan produk yang paling laris sebelum pandemi covid-19 seperti asesoris, elektronik, dan beberapa barang dalam kategori mewah lain kini sudah turun peringkat kepopulerannya dalam jual beli online.
Bagaimana jual beli online ini dikaji dari aspek komunikasi juga menarik untuk dilihat. Pada bagian 1 dari buku ini, Prahastiwi Utari menyampaikan penjelasannya tentang melihat belanja online dari perspektif komunikasi. Utari menggunakan empat pandangan pemikir komunikasi untuk menjelaskan fenomena ini. Pertama, dari Shiffman dan Kanuk yang menjelaskan bahwa perilaku konsumen adalah proses komunikasi. Lebih lanjut, Utari menjelaskan bahwa perilaku komunikasi merupakan faktor determinat individual yang akan sangat menentukan pengambilan keputusan membeli atau mengonsumsi suatu produk. Seseorang dengan karakteristik dan pengalamannya akan melakukan proses memilih sesuai dengan referensi mereka. Hanya yang sesuai dengan apa yang ada dalam referensi merekalah yang akan dengan mudah dipilih, dibanding produk yang tidak memiliki referensi. Kedua, melalui pemikiran Blackwell dkk yang menegaskan dalam tahap pencarian informasi ketika akan menggunakan suatu peroduk, maka seseorang akan melakukan perilaku komunikasi. Ketiga, dengan kajian Solomon yang menjelaskan komunikasi persuasif sebagai bentuk izin pemasaran dimana antara produsen dan konsumen sudah setuju untuk mengirim dan menerima informasi terkait dengan produk. Salah satu contoh yang diberikan oleh Solomon untuk menjelaskan konsepnya tentang komunikasi persuasif terkait izin pemasaran adalah dengan penggunaan internet sekarang konsumen akan dengan mudah berlangganan pada buletin produsen. Komunikasi persuasi merupakan komunikasi yang berusaha untuk mengubah sikap konsumen. Perlu keserempakan dalam pesan, media yang digunakan, penerima dan umpan baliknya. Kebaruan kajian dari Solomon ini adalah terkait dengan penggunaan media baru dalam konsep komunikasi persuasif. Selain kekuatan media baru berdasarkan masing masing jenis medianya, Solomon juga membahas kekuatan
individu penyampai pesan yang diarahkan pada individu yang punya kekuatan memengaruhi pada konsumen. Penggunaan selebritas sebagai sumber komunikasi menjadi pesan efektif tersampaikan. Menurut Solomon ini terjadi karena selebritas membentuk simbol-simbol budaya yang dapat ditrasformasikan seperti status dan kelas sosial. Keempat, melalui pemikiran Hawkins tentang kajian komunikasi sebagai bagian yang utama dikerjakan dalam Komunikasi pemasaran. Komunikasi pemasaran meliputi aktivitas periklanan, penjualan, hubungan masyarakat, pengemasan yang terkait dengan produk yang akan dipasarkan. Utari menulis lima pertanyaan besar terkait komunikasi pemasaran: (1) dengan siapa, tepatnya, kita ingin berkomunikasi?, (2) Apa efek yang kami inginkan dari komunikasi kami pada khalayak sasaran, (3) Pesan apa yang akan mencapai efek yang diinginkan pada khalayak kita, (4) Apa sarana dan media yang harus kita gunakan untuk menjangkau khalayak sasaran, (5) Kapan kita harus berkomunikasi dengan khalayak sasaran?
Dalam bagian 2 dari buku ini, Firdastin Ruthnia Yudiningrum menjembatani pemikiran tentang cara-cara individu berkomunikasi online, dan bagaimana sebuah produk dipasarkan dalam bisnis online. Yudiningrum menitikberatkan pada peran media sosial sebagai tempat berjualan di era pandemi covid-19, mengapa para penjual memilih para selebritas untuk mengiklankan produk mereka, dan apa peran selebritas yang memasarkan suatu produk pada pengikutnya.
Bagian 3 buku ini ditulis oleh Tanti Hermawati. Tulisan Hermawati mengakumulasi perubahan apa saja yang terjadi dalam wajah jual beli di Indonesia. Hermawati juga secara cermat melihat cara beriklan penjual secara online dan offline. Kehadiran media sosial, secara khusus, memberikan arah komunikasi yang lebih interaktif. Iklan di media sosial merupakan konten yang bisa menjadi perbincangan diantara pengguna atau dalam jaringan. Ada pula istilah friendvertising yang dia sebut untuk menjelaskan bagaimana komunikasi yang terjadi di antara bentuk-bentuk komunitas secara online.
Pada bagian 4, Eko Setyanto menjelaskan perwajahan e-commerce dan start up pada masa covid-19. Dalam tulisannya, Setyanto berargumen bahwa sampai akhir tahun 2019 kondisi start up di Indonesia 74,8 persen perusahaan rintisan berada dalam kondisi baik. Pada bulan Mei-Juni 2020 menunjukkan penurunan kinerja dan sulit untuk mempertahankan bisnisnya lebih dari satu tahun lagi. Namun demikian meskipun sebagaian besar start up di Indonesia mengalami penurunan, ada 14,4 persen jumlah start up yang tetap eksis, terutama mereka yang inovatif dan berbasis pada e-commerce atau digital.
Bagian 5 dari buku ini menjelaskan media sosial apa saja yang digunakan oleh para pembeli dan penjual di era pandemi Covid-19. Chatarina Heny merangkum empat media sosial paling populer yang digunakan sebagai media jual beli selain e-commerce. Heny juga menjelaskan fitur dan bagian mana saja dari instagram, facebook, twitter, dan youtube yang biasa dimanfaatkan para penjual untuk bertransaksi dan memasarkan produk mereka melalui iklan.
Dari kelima bagian dari buku, para penulis bertujuan untuk menjelaskan perubahan apa saja yang terjadi dalam wajah jual beli di era pandemi Covid-19 ini. Tiap bagian diramu secara khusus dan matang, dengan analisis dari berbagai aspek dan perspektif komunikasi untuk menghasilkan tulisan ini. Selamat membaca.
Penulis Utama | : | Prahastiwi Utari |
Penulis Tambahan | : | 1. Annisaa Fitri 2. Firdastin Ruthnia Yudiningrum 3. Tanti Hermawati 4. Eko Setyanto 5. Chatarina Heny 6. |
NIM / NIP | : | 196008131987022001 |
Tahun | : | 2020 |
Judul | : | Modifikasi Jual Beli Online di Era Pandemi COVID-19 |
Edisi | : | |
Imprint | : | SURAKARTA - FISIP UNS - 2020 |
Program Studi | : | - |
Kolasi | : | |
Sumber | : | UNS-FISIP UNS-196008131987022001 |
Kata Kunci | : | |
Jenis Dokumen | : | E-book |
ISSN | : | |
ISBN | : | 978-602-61087-8-4 |
Link DOI / Jurnal | : | - |
Status | : | Public |
Pembimbing | : | |
Penguji | : | |
Catatan Umum | : | |
Fakultas | : | Fak. ISIP |