Kepopularitasan Korean Pop (Kpop) dewasa ini terus menjamur di berbagai penjuru dunia, dan masuk dalam segi-segi kehidupan masyarakat bahkan dalam berbagai kalangan. Hal ini juga dipengaruhi oleh kemajuan teknologi yang memudahkan masyarakat dalam mengakses konten kpop. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan strategi pendekatan etnografi virtual dengan dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam pada tujuh informan, observasi partisipan, dan studi literatur serta mengumpulkan dokumen digital dalam bentuk tangkapan layar. Penelitian menggunakan AMS (analisis media siber) dan diperkuat dengan analisis NVivo dan Drone Emprit Academy (DEA). Hasil penelitian ini adalah budaya fandom menurut pandangan Lucy Bennett terlihat dari empat aspek yaitu komunikasi, kreativitas, pengetahuan, dan organisasi dan kekuatan sipil melalui pemanfaatan twitter sebagai media baru. Melalui Akun-akun yang dibuat di media sosial Twitter peneliti menemukan bahwa kelompok penggemar (fandom) membangun dan memproduksi budayanya sendiri di ranah digital. Twitter digunakan sebagai wadah untuk berinteraksi antar sesama penggemar maupun dengan idol, sebagai sumber informasi maupun untuk berbagi informasi. Penggemar berkomunikasi melalui identitas virtual yang dibuat, fan speak, dan fan jokes yang terlihat pada akun penggemar, fanbase, dan lainnya. Pengetahuan didapat dari akun-akun resmi maupun fanbase, penggemar juga memproduksi karya melalui dalam berbagai bentuk (audio, gambar, foto, maupun karya tulis) yang dibagikan melalui akun penggemar. Kelompok penggemar juga melakukan fan project melalui akun fanbase seperti melakukan voting, streaming, ulang tahun idol; dan donasi untuk idolanya melalui berbagai bentuk.Kata kunci: Kpop, Media baru, Budaya populer, Budaya Fandom, DEA