Annisa Fajriyani Fadilla1. H0816016. 2022. “Analisis Rantai Nilai Ubi Kayu di Kabupaten Grobogan” Dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. Endang Siti Rahayu2, M.S. dan Isti Khomah S.P., M.Si3. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret.
Ubi kayu merupakan komoditas yang memiliki potensi sebagai makanan pokok masyarakat Indonesia selain beras. Kabupaten Grobogan memiliki Program Industri Pangan Lokal yang mendukung adanya pengembangan komoditas ubi kayu di Kabupaten Grobogan. Tetapi, budidaya, pengembangan, dan penelitian mengenai ubi kayu masih jarang dilakukan di Kabupaten Grobogan, khususnya penelitian dengan kajian rantai nilai. Rantai nilai dapat membantu memberi gambaran bagaimana alur komoditas ubi kayu dan membantu pelaku rantai nilai memahami distribusi nilai dan pendapatan masing-masing. Penelitian ini dapat membantu mengetahui gambaran rantai nilai ubi kayu di Kabupaten Grobogan.
Penelitian ini bertujuan mengetahui rantai nilai komoditas ubi kayu di Kabupaten Grobogan dan mengetahui berapa nilai tambah produk ubi kayu di setiap pelaku rantai nilai. Metode dasar penelitian ini adalah metode kuantitatif. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Kabupaten Grobogan dipilih sebagai lokasi penelitian menggunakan metode purposive sampling. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan snowball sampling dengan petani sebagai titik awal penelitian dimana petani dipilih secara purposive sampling dan didapat 60 petani responden. Analisis rantai nilai yang pertama dilakukan adalah menganalisis kegiatan utama rantai nilai berdasarkan Porter (1985), kemudian menemukan pola aliran rantai nilai. Analisis kuantitatif kemudian dilakukan dengan menghitung biaya, penerimaan, dan rasio keuangan. Analisis yang selanjutnya adalah analisis nilai tambah pada setiap pelaku, untuk kemudian dianalisis solusi peningkatan rantai nilainya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaku rantai nilai di Kabupaten Grobogan ada tujuh pihak yaitu petani, pedagang pengumpul desa, pedagang pengumpul kecamatan, pedagang besar, pengecer, dan pengolah keripik, serta pengolah gethuk dengan 6 saluran pemasaran. Nilai tambah ubi kayu pada petani sebesar Rp9.259,4/kg, pada pedagang pengumpul desa sebesar Rp290,4/kg, pada pengepul tingkat kecamatan sebesar Rp395,4/kg, pada pedagang besar sebanyak Rp1.103,2/kg, pada pengecer sejumlah Rp1.972,3/kg, pada pengolah keripik sebanyak Rp21.633,6/kg, dan pada pengolah gethuk sebesar Rp11.979/kg. Nilai tambah tertinggi ada pada pengolah keripik yaitu sebesar Rp21.700/kg.
Kata Kunci: Rantai Nilai, Ubi Kayu, Nilai Tambah, Metode Hayami
Keterangan:
1. Mahasiswa Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian UNS
2. Dosen Pembimbing Utama
3. Dosen Pembimbing Pendamping