Rian Kurniadi. B0417046. 2022. Konferensi Nasional Sastra dan Seni Revolusioner (KSSR) Sebagai Usaha Penggalangan Massa Rakyat Melalui Kebudayaan 1964-1965. Skripsi Program Studi Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Konferensi Nasional Sastra dan Seni Revolusioner atau disingkat KSSR adalah sebuah konferensi yang diikuti oleh sastrawan dan seniman progresif dan diselenggarakan oleh CC PKI. Kebaruan yang dibawa oleh KSSR yaitu dengan memasukkan unsur buruh, tani, dan prajurit sebagai subjek berkebudayaan dalam kaitannya dengan politik penggalangan massa. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengetahui latar belakang diselenggarakannya Konfernas Sastra dan Seni Revolusioner oleh Partai Komunis Indonesia, (2) Mengetahui pelaksanaan Konferenas Sastra dan Seni Revolusioner di Jakarta 28 Agustus-2 September 1964 dan (3) mengetahui impementasi putusan KSSR dalam politik penggalangan massa PKI 1964-1965

Penelitian ini dalam penulisannya menggunakan metode penelitian sejarah yang terdiri dari 4 tahap yakni, Heuristik (Pengumpulan Sumber), Kritik Sumber, Interpretasi, dan Historiografi. Penelitian ini menggunakan data diantaranya seperti koran Harian Rakjat, Warta Bhakti, Merdeka, dan Bintang Timur. Majalah yang digunakan sebagai sumber penelitian ini adalah Majalah Bintang Merah dan Pesat. Data lain yang diperoleh yaitu dokumen mengenai KSSR di Jakarta dari Arsip Nasional Indonesia.

Hasil penelitian ini menunjukan, pertama, KSSR muncul sebagai respon PKI terhadap situasi politik dan kebudayaan pada masa itu yakni agresi kebudayaan imperialisme, serta keberhasilan kelompok Manifes Kebudayaan dalam menyelenggarakan konferensi kebudayaan dengan nama Konferensi Karyawan Pengarang se-Indonesia (KKPI). Kedua, Perumusan masalah dalam KSSR berfokus pada referat yang dibacakan oleh D.N. Aidit. Pada saat itu, untuk pertama kalinya konsep realisme revolusioner sebagai pedoman dan gaya dalam berkarya diperkenalkan. Kemudian berdasarkan referat itu, sidang KSSR yang digelar pada 27 Agustus 1964-2 September 1964 menghasilkan keputusan-keputusan yang digunakan sebagai pedoman berkarya oleh PKI dan para seniman dan sastrawan yang terlibat di dalamnya. Ketiga, Putusan KSSR kemudian diadopsi oleh lembaga-lembaga kebudayaan dan aktif diajarkan kepada masyarakat melalui pertemuan-pertemuan di tingkat kota/kabupaten. Karya-karya seni berhasil diciptakan oleh masyarakat di bawah pengarahan PKI. Hasilnya, keanggotaan Lekra dan PKI mengalami peningkatan berkat keberhasilannya dalam menggunakan kebudayaan sebagai alat untuk menarik massa.