Guna menunjang perekonomian di Indonesia melalui bidang pariwisata khususnya di daerah ujung Pulau Jawa, maka direncanakan pembangunan Tol Serang – Panimbang. Pembangunan Tol Serang – Panimbang sudah direncanakan setidaknya dengan lima titik akses keluar masuk dengan menggunakan bangunan simpang susun. Pembangunan Simpang Susun Rangkasbitung merupakan salah satu simpang susun yang akan menghadirkan berbagai manfaat sehingga harus segera rampung. Seiring mendekatnya target selesai dari perencanaan penjadwalan pekerjaan, polusi yang dihasilkan selama proses pembangunan jalan tol turut meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi serta menganalisis unit proses yang menghasilkan emisi GRK, menentukan unit proses dengan hasil emisi GRK terbanyak, dan membandingkan besaran emisi GRK jika objek penelitian menggunakan perkerasan beton bersambung dengan tulangan (JRCP).Metode penelitian menggunakan pendekatan Life Cycle Assessment (LCA). Data pada penelitian ini bersumber dari data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data yaitu pencatatan dan observasi di lapangan. Metode analisis data menggunakan database EcoInvent dibantu dengan bantuan software Microsoft Excel 2019.Hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat 18 unit yang teridentifikasi menghasilkan emisi gas rumah kaca (GRK) dengan total emisi GRK yang dilepaskan sebesar 3.713.777,772 kgCO2e. Tahapan konstruksi yang menghasilkan emisi terbesar (titik kritis/hotspot) terletak pada tahapan konstruksi produksi material dalam unit proses produksi semen, dengan besar emisi GRK 2.456.981,167 kgCO2e dan bobot kontribusi sebesar 66,159?ri jumlah total emisi GRK yang dilepaskan. Variasi JRCP dengan dengan menggunakan single wiremesh menunjukkan penurunan sebesar 11,606?ngan total emisi GRK menjadi 3.282.754,654 kgCO2e, sedangkan pada variasi JRCP dengan double wiremesh menunjukkan penurunan sebesar 9,142?ngan total emisi GRK menjadi 3.374.249,212 kgCO2e.Kata Kunci: emisi gas rumah kaca, life cycle assessment, cradle to gate, ecoinvent, perkerasan kaku.