×
Tempe merupakan satu dari banyak makanan tradisional khas dari Indonesia yang pada umumnya merupakan hasil fermentasi kacang kedelai, dan masih menjadi makanan ringan maupun sebagai lauk favorit terkhusus bagi masyarakat Indonesia. Tempe non-kedelai mulai dikembangkan melihat dari potensi bahan baku kacang-kacangan yang lain yang kaya akan zat gizi makro dan mikro penunjang kesehatan tubuh. Review ini merupakan pengembangan dari reviewreview tempe yang telah ada, yang masih terbatas dalam pengkajiannya. Tujuan pengkajian ini adalah untuk mengetahui komposisi proksimat dan kapasitas antioksidan dari tempe yang dikaji serta untuk melihat bagaimana fermentasi berpotensi meningkatkan aktivitas antioksidan dari bahan baku mentah hingga menjadi tempe segar. Pengkajian dilakukan secara sistematis dengan menggunakan metode PICOC (Population, Intervention, Comparison, Outcome, dan Context). Hasil pengkajian menunjukkan bahwa dari 31 jurnal penelitian tersebut, didapatkan tempe non-kedelai yang berpotensi antara lain; Tempe kedelai hitam, tempe kacang hijau, tempe kacang merah, tempe tunggak, tempe gude, tempe lamtoro, tempe koro pedang, tempe benguk, tempe white bean (common bean), dan tempe gembus. Komposisi proksimat yang diujikan, antara lain; kadar air, abu, lemak, protein dan karbohidrat. Kadar air dengan rentang 46.66% - 75.75%. Kadar abu dengan rentang 0.18% - 6.23%. Kadar protein dengan rentang 1.742% - 91.04%. Kadar lemak dengan rentang 0.68% – 41.21%. Terakhir, kadar karbohidrat dengan rentang 6.30% - 36.56%. kapasitas antioksidan yang dikaji, antara lain; komponen antioksidan serta aktivitas antioksidan dengan kadar yang bervariasi setiap datanya. Baik tempe kacang kedelai maupun non-kedelai terbukti terjadi peningkatan aktivitas antioksidannya selama proses fermentasi, dibandingkan hanya dalam bentuk kacang atau koro (raw material).