×
Isu kekerasan terhadap perempuan merupakan isu yang sangat penting untuk diperhatikan. Pasalnya tingkat kekerasan terhadap perempuan di Indonesia tergolong tinggi, terutama kekerasan dalam rumah tangga yang dialami oleh perempuan. Kekerasan tersebut mengakibatkan pula tingginya tingkat perceraian dalam masyarakat. Tak terkecuali adalah masyarakat Kota Surakarta. Perceraian tersebut tentunya membawakan sebuah kehidupan baru bagi para korban, terutama bagi perempuan sebagai korban, banyak perubahan baik dalam segi sosial maupun ekonomi yang dirasakan korban. Penelitian ini menggunakan studi fenomenologi dengan teknik purposive sampling yang memiliki 7 informan utama yakni perempuan korban KDRT dan 7 informan pendukung yakni kerabat terdekat korban melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Dalam penelitian ini menggunakan teori struktural fungsional oleh Talcott Parsons dan teori transformasi identitas oleh Jennifer Todd yang menjelaskan bahwa setelah bercerai, terjadi perubahan kehidupan sosial yang dirasakan korban mulai dari perubahan akan status dan peranan dalam keluarga yang tidak berjalan dengan baik, interaksi dan relasi dengan mantan keluarga ipar yang berbeda, serta kelas sosial yang ditempati oleh para korban yang mengalami penurunan. Melalui adaptasi korban dapat menyesuaikan segala perubahan tersebut dengan menetapkan tujuan hidup setelah bercerai, selain itu korban juga membentuk dan menjaga relasi dengan kerabat sekitar maupun mantan keluarga ipar, serta menerapkan strategi untuk bertahan hidup. Dalam masa perpindahan identitas yang dialami korban melalui fase disonansi habitus dalam tatanan sosial yang mana identitas baru korban dinilai buruk oleh masyarakat oleh sebab itu korban menilai diri mereka melalui disonansi habitus dalam individu. Pada akhirnya korban mengubah stigma buruk tersebut melalui strategi-strategi untuk bertahan hidup dengan kesengajaan mereka.