Pilar pembangunan di Kawasan Danau Toba selain sektor pertanian adalah sektor parawisata. Kawasan Danau Toba sebagai agrowisata maka penyuluh yang bekerja di kawasan agrowisata dapat dikatakan penyuluh agrowisata.  Penyuluh agrowisata di di Kawasan Danau Toba hanya menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai penyuluh pertanian maka perlu adanya transformasi pekerjaan dari penyuluh pertanian kepada penyuluh agrowisata karena itu diperlukan pengembangan profesionalisme penyuluh agrowisata dengan merancang pelatihan khusus pengembangan profesionalisme penyuluh agrowisata.

Tujuan penelitian adalah (1) menganalisis tingkat profesionalisme penyuluh agrowisata di Kawasan Danau Toba, (2) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan profesionalisme penyuluh agrowisata di Kawasan Danau Toba dan (3) Merumuskan model profesionalisme penyuluh agrowisata di Kawasan Danau Toba dengan merancang pelatihan khusus pengembangan profesionalisme penyuluh agrowisata. 

Penelitian  dilakukan di kawasan agrowisata Danau Toba di Kabupaten Samosir dan Kabupaten Karo dengan alasan bahwa Kabupaten Karo dan Kabupaten Samosir karena wilayah strategis untuk pengembangan agrowisata  dan juga merupakan andalan untuk pengembangan ekonomi daerah. Populasi penelitian ini adalah penyuluh. Sampel penelitian adalah semua penyuluh pertanian di Kabupaten Karo dan Kabupaten Samosir. Jumlah sampel penelitian di 2 Kabupaten adalah 174 orang penyuluh.  Teknik penarikan sampel penelitian dilakukan dengan sensus.

Hasil temuan penting dari penelitian ini adalah: (1) Tingkat profesionalisme penyuluh agrowisata pada sub variabel orientasi filosophi memiliki nilai dengan kategori tinggi sebanyak 44,3 %; sub variabel orientasi perkembangan memiliki nilai dengan kategori sedang sebanyak 46%; sub variabel orientasi karakteristik memiliki nilai dengan kategori rendah sebanyak 45%; dan Sub variabel orientasi non tradisional memiliki nilai dengan kategori rendah sebanyak 47%. (2) Hasil analisis menyatakan bahwa ada pengaruh langsung karakteristik penyuluh, pendidikan dan pelatihan, motivasi berprestasi, dan sarana dan prasarana secara parsial dan simultan terhadap kompetensi penyuluh pertanian. Besarnya pengaruh langsung secara simultan sebesar 0,545 sedangkan 0,455 lainnya dipengaruhi oleh variabel-variabel di luar model ini. Hasil analisis menyatakan bahwa mempengaruhi secara langsung profesionalisme penyuluh pertanian adalah karakteristik penyuluh, pendidikan dan pelatihan, motivasi berprestasi, sarana dan prasarana dan kompetensi. Besarnya pengaruh karakteristik penyuluh, pendidikan dan pelatihan, motivasi berprestasi, sarana dan prasarana dan kompetensi secara gabungan terhadap profesionalisme  penyuluh sebesar 0,540 dan sedangkan sisanya sebesar 0,460 dipengaruhi oleh faktor lain. (3) Rumusan model pengembangan profesionalisme penyuluh yang harus dilakukan berdasarkan penelitian ini adalah dengan memperhatikan pendidikan dan pelatihan, motivasi berprestasi, sarana dan prasarana dan kompetensi. Kesemua ini harus memperhatikan profesionalisme yang dimiliki oleh penyuluh, sehingga dapat melakukan pekerjaanya sebagai penyuluh pertanian untuk melaksanakan kegiatan penyuluhan di wilayah tugas yang telah ditetapkan. Design pelatihan khusus pengembangan profesionalisme penyuluh agrowisata bertujuan agar tercapainya daya guna dan hasil guna pelaksanaan tugas-tugas khusus  penyuluh agrowisata.