Gagal jantung merupakan kumpulan sindrom kompleks yang disebabkan oleh adanya abnormalitas struktur dan fungsi jantung. Fraksi ejeksi jantung merupakan salah satu indikator yang secara luas digunakan untuk menilai tingkat keparahan penurunan fungsi sistolik jantung. Beberapa penelitian menyebutkan adanya perbedaan peningkatan fraksi ejeksi pada ras tertentu setelah pemberian terapi gagal jantung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan peningkatan fraksi ejeksi terhadap terapi terapi standar yang diberikan selama 12 bulan, antar etnis dalam Ras Malayan Mongoloid. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kuantitatif observasional dengan desain cross sectional. Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripikan karakteristik pasien. Analisis komparatif T-test berpasangan digunakan untuk mengetahui peningkatan fraksi ejeksi tiap etnis setelah menerima terapi standar 12 bulan. Analisis komparatif T-test tidak berpasangan digunakan untuk mengetahui perbedaan peningkatan fraksi ejeksi antar etnis setelah menerima terapi standar 12 bulan.

Penelitian ini melibatkan 75 pasien gagal jantung dengan fraksi ejeksi rendah, dengan pembagian 71 etnis Jawa, 3 etnis Sunda, dan 1 etnis Dayak, dan telah menerima terapi standar selama 12 bulan. Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : pada etnis Jawa, terdapat perbedaan fraksi ejeksi sebelum dan setelah pemberian terapi adalah 25,31 ± 8,28% menjadi 42,89 ± 13,19, dengan rata-rata peningkatan 17,58 ± 12,88 (p-value 0,000), dan pada etnis Sunda, terdapat perbedaan fraksi ejeksi dari 26,27 ± 9,21% menjadi 46,10 ± 2,18% atau meningkat sebesar 19,83 ± 7,23 (p-value 0,042). Tidak terdapat perbedaan yang bermakna terkait peningkatan fraksi ejeksi antara etnis Jawa dan Sunda (p-value 0,765).