Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mendeskripsikan kondisi pembelajaran IPA anak berkebutuhan khusus kelas V di sekolah dasar inklusif. 2) Mendeskripsikan kebutuhan guru terhadap model pembelajaran STAD pada pembelajaran IPA anak berkebutuhan khusus kelas V di sekolah dasar inklusif. 3) Menghasilkan produk pengembangan model pembelajaran STAD pada pembelajaran IPA anak berkebutuhan khusus kelas V di sekolah dasar inklusif. 4) Mendeskripsikan hasil kelayakan pengembangan model pembelajaran STAD pada pembelajaran IPA anak berkebutuhan khusus kelas V di sekolah dasar inklusif.

Penelitian dilakukan dengan melibatkan guru kelas V dan guru pendamping khusus di 6 sekolah dasar inklusi di kota Surakarta yaitu SDN Pringgolayan, SDN Mojosongo 1, SDN Boromantakan, SDN Nayu Barat II No. 213 SDN Pajang No. 93 SDN Kartodipuran No.21. Pengumpulan data menggunakan wawancara dan pembagian angket pada guru kelas V dan guru pendamping khusus. Penelitian pengembangan ini menggunakan prosedur penelitian 4D (four D) yang terdiri atas 4 tahap utama yaitu: 1) Define (Pendefinisian) yaitu tahap yang digunakan untuk mendeskripsikan kondisi awal pembelajaran IPA anak berkebutuhan khusus kelas V di sekolah dasar inklusi serta kebutuhan-kebutuhan guru terhadap model pembelajaran STAD. 2) Design (Perancangan) yaitu tahap yang digunakan untuk merancang pengembangan produk berdasarkan pada hasil studi pustaka dan survei lapangan. 3) Develop (Pengembangan) yaitu tahap yang bertujuan untuk menguji kelayakan dari buku panduan yang telah dirancang pada tahap perancangan. 4) Disseminate (Penyebaran) menyebarluaskan produk hasil pengembangan.

Hasil penelitian ini disimpulkan bahwa: 1) Guru kesulitan dalam mengakomodasi kebutuhan dan karakteristik siswa berkebutuhan khusus di kelas inklusif sehingga  sebagian besar anak berkebutuhan khusus memiliki prestasi belajar IPA rendah. Hal tersebut ditunjukkan 23 dari 152 atau 17?ri seluruh siswa di kelas inklusif masuk dalam kategori tidak tuntas dimana 17% siswa tersebut didominasi oleh anak berkebutuhan khusus. 2) Sebagian besar guru yang menangani anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusif membutuhkan model pembelajaran STAD pada pembelajaran IPA. Hal tersebut ditunjukkan dari 30 responden diperoleh presentase 88% yang artinya masuk dalam kategori sangat perlu. 3) Pengembangan  model pembelajaran STAD pada pembelajaran IPA bagi anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusif ini dilakukan melalui 4 tahap, yaitu tahap pendefinisian (define), tahap perencanaan (design), tahap pengembangan (Develop) dan tahap diseminasi (Disseminate). 4) Berdasarkan dari uji kelayakan aspek materi memperoleh skor 34, aspek kebahasaan memperoleh skor 14, aspek penyajian materi memperoleh skor 20, dan aspek kegrafikan memperoleh skor 18 yang masuk dalam kategori tinggi berdasarkan kategorisasi penilaian. Selain itu, penilaian dari praktisi atau calon pengguna menunjukkan hasil tinggi pada tiap aspek berdasarkan pada kategorisasi penilaian dengan perolehan nilai aspek materi memperoleh skor 34, aspek kebahasaan memperoleh skor 17, aspek penyajian materi memperoleh skor 21, dan aspek kegrafikan memperoleh skor 21. Dengan demikian, hasil dari uji kelayakan produk adalah layak digunakan.