×
Latar Belakang: Mayoritas gangguan penglihatan dan kebutaan terjadi saat berusia diatas 50 tahun. Katarak menjadi penyebab utama kebutaan secara global. Jumlah penderita katarak berbanding lurus seiring bertambahnya usia. Katarak senilis merupakan jenis katarak yang terjadi di usia tua lebih dari 40 tahun. Jenis operasi katarak yang sering dilakukan saat ini berupa fakoemulsifikasi. Seiring bertambahnya usia terjadi penurunan fungsi sistem metabolisme tubuh, salah satunya diabetes mellitus. Sehingga perlu diperhatikan faktor risiko diabetes mellitus yang akan mempengaruhi tajam penglihatan akhir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan perbedaan tajam penglihatan antara pasien katarak senilis pasca operasi fakoemulsifikasi dengan dan tanpa riwayat diabetes melitus di RSUD dr. Moewardi. Metode: Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan rancangan case control yang dilakukan Oktober hingga November 2022 di Ruang Instalasi Rekam Medik RSUD dr. Moewardi. Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Sumber data sekunder yang digunakan meliputi kelompok tajam penglihatan baik 71 sampel dengan logMAR 0,00-0,48 dan kelompok tajam penglihatan sedang/buruk 71 sampel dengan logMAR >0,48. Selanjutnya data dianalisis secara univariat dan bivariat menggunakan uji Chi-Square menggunakan Statistical Program for Social Science (SPSS) 26.0 for windows. Hasil: Rerata tajam penglihatan BCVA pascafakoemulsifikasi pada kelompok tanpa DM adalah 0.593 ± 0.076 (logMAR) dan kelompok DM adalah 1.109 ± 0.133 (logMAR). Terdapat perbedaan yang bermakna antara tajam penglihatan pascafakoemulsifikasi antara pasien katarak senilis tanpa DM dan DM pada uji Chi-Square dengan P value 0,000 (P value ? 0,05). Simpulan: Terdapat perbedaan yang signifikan antara tajam penglihatan pasien katarak senilis pasca fakoemulsifikasi tanpa diabetes mellitus dan dengan diabetes mellitus