Latar belakang : Diagnosis Carpal Tunnel Syndrome (CTS) ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Tes provokatif yang sensitif dan spesifik adalah komponen kunci dari pemeriksaan fisik. Studi konduksi saraf berperan penting dalam mendiagnosis CTS dengan menunjukkan adanya penurunan kecepatan konduksi nervus medianus. Saat ini dikembangkan kuesioner sebagai alat skrining diagnostik dan sebagai penilai tingkat keparahan CTS seperti Boston Carpal Tunnel Syndrome Questionnaire (BCTQ) yang dapat membantu klinisi yang tidak memiliki akses terhadap fasilitas elektrodiagnostik.

Tujuan : Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan pemeriksaan provokasi dan BCTQ dengan derajat keparahan CTS yang dinilai berdasarkan kecepatan hantar saraf (KHS) nervus medianus pasien. 

Metode : Penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional dilakukan pada pasien CTS yang dirawat di poliklinik bagian Ilmu Penyakit Saraf RSUD dr. Moewardi Surakarta dan RS Universitas Sebelas Maret pada periode Juli  s.d. Oktober 2022 yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Sampel berjumlah 51 orang dengan teknik pengambilan sampel secara purposive sampling. 

Hasil : Pemeriksaan provokasi tes yang paling sensitif adalah tes durkan (65,5%), diikuti oleh tes phalen (56,9%), dan tes tinnel (48,3%). Sementara, spesifisitas tes tinnel merupakan yang paling tinggi (93,3%), diikuti oleh tes phalen (86,7%), dan tes durkan (26,7%). Tes phalen dan tinel yang positif berkaitan erat dengan kondisi CTS (p<0 Padua (p=0,000).>

Kesimpulan : Terdapat hubungan pemeriksaan provokasi (tes tinel dan phalen) dan skor BCTQ dengan derajat keparahan CTS yang secara statistik signifikan.