×
Catcalling merupakan salah satu polemik sosial berbasis gender yang terjadi di dalam masyarakat, terutama di lingkup publik yang menargetkan perempuan. Meskipun edukasi mengenai catcalling sudah berjalan selama beberapa tahun belakangan, masyarakat awam masih menganggap bahwa catcalling adalah hal wajar dan normal, serta merupakan sebuah bentuk pujian kepada individu yang menerima. Beberapa juga menganggap catcalling sebagai bentuk interaksi awal untuk memulai dan membangun sebuah hubungan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis polemik catcalling melalui sisi ilmu komunikasi menggunakan syarat dan tahapan komunikasi antarpribadi sebagai indikatornya.
Metodologi yang digunakan adalah analisis semiotika model Roland Barthes. Berdasarkan dua syarat dan lima tahapan sebagai indikatornya, yaitu inisiasi, eksplorasi, intensifikasi, formalisasi, redefinisi, deteriorasi, motivasi dan dampak. Peneliti akan menganalisa makna denotasi, makna konotasi, dan mitos yang ada di dalam empat video edukasi catcalling yang diunggah oleh UN Women, Plan UK, dan IDLO. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif.
Berdasarkan hasil analisis, peneliti menemukan bahwa catcalling bukanlah cara tepat untuk memulai dan membangun sebuah hubungan. Hal ini dikarenakan setiap faktor, yaitu komunikator, proses, pesan, dan komunikan dalam interaksi sesaat ini memiliki noise sejak dimulainya interaksi hingga interaksi berakhir. Terdapatnya noise dalam bentuk motivasi komunikator menyebabkan proses penyampaian pesan tidak tepat sehingga komunikan sebagai penerima menolak pesan tersebut atau bahkan interaksi tersebut secara utuh.