Dalam Kurikulum Merdeka, kecakapan literasi dan numerasi menjadi fokus yang perlu ditingkatkan dalam pembelajaran. Kemampuan literasi dan numerasi penting untuk dibelajarkan karena menjadi dasar untuk menguasai berbagai pengetahuan. Proses literasi yang dimasukkan dalam kurikulum merupakan hal yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) penerapan program literasi membaca pada pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah penggerak; (2) kelebihan dan kekurangan implementasi program literasi membaca pada pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah penggerak; (3) kendala yang dihadapi guru dalam menerapkan program literasi membaca pada pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah penggerak; (4) solusi untuk mengatasi kendala pengimplementasian program literasi membaca pada pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah penggerak.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif menekankan pada pengumpulan data yang bersifat analisis, interpretasi, dan penulisan laporan. Strategi yang digunakan dalam penelitian ini yakni studi kasus. Penelitian ini dilakukan di SMP Warga Surakarta. Sekolah tersebut terletak di Jl. Monginsidi No.15, Tegalharjo, Kec. Jebres, Kota Surakarta. Teknik analisis data penelitian ini ialah model interaktif, yakni reduksi, penyajian, dan verifikasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, (1) Terdapat tiga tahapan dalam penerapan program literasi membaca pada pembelajaran Bahasa Indonesia kelas VII di SMP Warga Surakarta. Tahapan tersebut antara lain, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Tahap perencanaan, guru membuat alur tujuan pembelajaran (ATP) dan modul ajar yang berisi rencana pelaksanaan pembelajaran untuk materi tertentu. Tahap pelaksanaan, guru mengimplementasikan perencanaan yang telah dirancang sebelumnya. Tahap evaluasi antara lain, asesmen diagnosis, asesmen formatif, dan asesmen sumatif; (2) Ditemukan kelebihan dalam implementasi program literasi membaca antara lain meningkatkan kompetensi literasi siswa, meningkatkan semangat membaca siswa, dan meningkatkan daya kritis siswa. Kekurangan implementasi program literasi membaca di sekolah penggerak yakni, tahap-tahap dalam literasi membaca cukup banyak. Selain itu, literasi membaca menuntut siswa untuk mampu berpikir tingkat rendah hingga tinggi; (3) Kendala yang ditemui guru dalam mengimplementasikan program literasi membaca di sekolah penggerak menghasilkan beberapa poin berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan, yaitu rendahnya budaya membaca siswa dan kesulitan guru menyajikan stimulus soal yang relevan untuk mengakomodasi kemampuan berpikir tingkat tinggi. (4) Solusi untuk mengatasi kendala pertama yakni penggunaan model pembelajaran inkuiri dan project based learning dalam pembelajaran; penggunaan media pembelajaran seperti Canva, poster, dan tayangan power point; dan  penggunaan sarana prasarana di sekolah yakni perpustakaan. Upaya untuk mengatasi kendala yang kedua ialah dengan peningkatan kemampuan guru melalui workshop, pelatihan, lokakarya, dan seminar.