Krisis kemanusiaan di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara telah menyebabkan masuknya pengungsi secara besar-besaran sejak 2011. Eropa dipandang sebagai tujuan ideal bagi para pengungsi sebagai wilayah yang makmur dan stabil secara ekonomi. Gelombang pengungsi terbesar terjadi di Eropa, memuncak pada 2015 ketika jutaan orang melintasi perbatasan Eropa. Dublin Regulation yang mendasari CEAS tampaknya telah menimbulkan tanggapan beragam di tingkat nasional. Kebijakan yang terlalu terbuka bagi pengungsi dipandang sebagai beban Hungaria, karena menimbulkan tantangan bagi kelangsungan hidup Hungaria yang mengancam keamanan nasional Hungaria, melemahnya sektor ekonomi, meningkatnya Islamophobia dan ancaman terorisme di Hungaria.
Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana tantangan yang timbul dari penerapan Dublin Regulation berdampak pada euroscepticism di Hungaria pasca Krisis Imigran Eropa 2015. Penelitian ini menggunakan metode penulisan kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa studi pustaka. Kerangka konseptual penelitian ini bertumpu pada populis sekuritisasi dan konsep euroscepticism. Hasil penelitian ini akan menunjukkan bahwa dampak yang timbul dari Dublin Regulation mengakibatkan pemerintah Hungaria menutup perbatasan dengan Serbia dan Kroasia, serta menolak kebijakan relokasi pengungsi dari Dublin Regulation oleh Uni Eropa.