Indonesia merupakan negara dengan tingkat cyberbullying terbesar se-Asia tenggara. Riset Digital Civility Index oleh Microsoft menunjukkan bahwa Indonesia menempati urutan ke 29 dari 32 negara Asia dari nilai kesopanan dan menempati urutan terakhir se-Asia Tenggara. Kasus toxic termasuk cyberbullying meningkat dari 12% menjadi 33%. Kata-kata kasar dalam bentuk pelecehan juga meningkat dari 25% menjadi 47% yang menandakan bahwa tingkat toxic dalam bentuk trash-talk pengguna internet Indonesia termasuk di antaranya pemain game online sangat tinggi dengan meningkat cukup pesat. Hal ini dikuatkan oleh riset APJII tahun 2020 yang mendapati bahwa game online menjadi salah satu hiburan yang dipilih masyarakat selama masa pandemi COVID-19 yaitu sebesar 16,5 persen, di atas musik yang sebesar 15,3 persen.
Penelitian ini berfokus pada perubahan perilaku komunikasi pemain game online pada kelompok bermain 1UP Esports berdasarkan perilaku trash-talk nya selama bermain. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana bentuk perubahan perilaku komunikasi dengan perilaku trash-talk yang dilakukan oleh kelompok bermain 1UP Esports.
Penelitian ini mengacu pada Teori Kognitif Sosial oleh Albert Bandura. Teori ini menjelaskan peran self-efficacy yang menyebabkan perubahan perilaku dalam diri seseorang. Perubahan perilaku difokuskan dalam konteks komunikasi yang disebabkan dari pengalaman narasumber saat mendapati perilaku trash-talk oleh lawan bermain game.
Metode yang digunakan yaitu kualitatif interpretif dengan menggunakan pendekatan fenomenologi. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan teknik wawancara mendalam dan observasi langsung di lapangan. Pengolahan data dilakukan dengan triangulasi sumber dan teknik dan dianalisis dengan teknik analisis data interaktif oleh Miles dan Huberman yang terdiri dari reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini ditemukan bahwa trash-talking yang dilakukan oleh pemain berkaitan erat dengan perubahan perilaku komunikasinya selama bermain dimana ketika mengalami perilaku trash-talk, informan cenderung melakukan trash-talk pula sebagai bentuk luapan emosi baik itu sebagai bentuk ungkapan refleks, maupun sengaja ditujukan kepada orang lain sebagai balasan. Selain itu, balasan trash-talk juga dilakukan sebagai strategi untuk memenangkan permainan yang berarti bahwa trash-talk menyebabkan perubahan perilaku komunikasi pemain seperti mudah emosi dengan mengucapkan kata-kata kasar hingga memaki seseorang.