Penulis Utama : Joko Suryono
NIM / NIP : T621602001
×

RINGKASAN

Tingkat pengangguran yang tinggi dan kemiskinan merupakan masalah sosial di banyak wilayah di Indonesia. Masyarakat dengan tingkat pengangguran yang tinggi cenderung memiliki tingkat kejahatan dan kekerasan tinggi. Masalah sosial, tingkat pengangguran yang tinggi, kemiskinan, krisis ekonomi, ko-eksistensi sosial budaya rakyat yang tidak wajar, peningkatan pertumbuhan ekonomi, proses inovatif dan pembangunan ekonomi berkelanjutan, dapat diatasi melalui pengembangan dan penumbuhan kewirausahaan bagi pemuda. Solusi konkret untuk mendorong gelombang kewirausahaan dibutuhkan pendidikan kewirausahaan. Program pendidikan kewirausahaan dapat menghasilkan lebih banyak wirausaha muda yang dapat menciptakan lapangan kerja sendiri.

Di Kabupaten Sragen Jawa Tengah terdapat lembaga pendidikan nonformal Sekolah Bisnis Sragen atau SBS, sebagai pemberdaya wirausaha muda yang dibentuk oleh sinergi individu dan kelompok masyarakat. SBS memiliki komitmen untuk membantu masyarakat dalam mengurangi pengangguran dan pengentasan kemiskinan di Kabupaten Sragen. Penelitian ini menempatkan pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan nonformal kewirausahaan SBS untuk kemandirian sebagai objek makro karena fenomena tersebut merupakan bagian yang melengkapi pendidikan formal di bidang kewirausahaan. Fokus perhatian penelitian ini mengarah pada empat permasalahan yaitu: (1) bagaimana sinergitas pemberdaya dalam memberdayakan kapasitas sumber daya manusia dan kapasitas usaha bagi siswa di pendidikan nonformal kewirausahaan SBS; (2) bagaimana pemberdayaan siswa melalui proses pembelajaran dan fasilitasi di pendidikan nonformal kewirausahaan SBS; (3) bagaimana dampak pemberdayaan terhadap siswa di pendidikan nonformal kewirausahaan SBS; dan (4) Bagaimana model pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan nonformal kewirausahaan yang dapat diselenggarakan oleh masyarakat.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kualitatif, dengan menggunakan pendekatan studi kasus. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah pendidikan nonformal Kewirausahaan Sekolah Bisnis Sragen. Sumber data penelitian, para informan terpilih dan hasil pengamatan. Teknik pengumpulan data, melalui wawancara dan observasi partisipatif, pengamat penuh (complete observer). Pemeriksaan keabsahan data dilakukan dengan triangulasi sumber dan triangulasi metode. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan model induktif interaktif dari Miles dan Huberman yang terdiri dari 5 langkah yaitu: pengumpulan data, penyajian data, reduksi data, verifikasi data, dan penarikansimpulan.

Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa sekolah yang didirikan dan dikelola oleh kelompok masyarakat yang memiliki visi mencetak wirausaha muda Kabupaten Sragen memiliki visi we create enterprneur. Langkah untuk mewujudkan visi SBS tersebut adalah melalui Sinergitas dari beberapa pihak. Para aktor pemberdaya di SBS terdiri dari pelaksana, penasehat, mentor, alumni dan sponsor yang berasal dari wirausaha-wirausaha sukses di Kabupaten Sragen. Dalam mencapai visinya para aktor pemberdaya tersebut melakukan sinergitas. Sinergitas yang dilakukan di SBS dilakukan melalui kegiatan komunikasi dan koordinasi. Komunikasi, koordinasi antara pelaksana, mentor, alumni, sponsor dan siswa berjalan efektif di saat kegiatan rekrutmen siswa, penggalangan dana, proses pembelajaran di kelas dan kegiatan sales turnament. Namun komunikasi dan koordinasi saat kegiatan monitoring, evaluasi dan pendampingan berjalan tidak baik setelah proses pembelajaran atau siswa lulus menjadi alumni. Komunikasi dan koordinasi hanya dilakukan dengan alumni yang sudah memiliki usaha menengah. Komunikasi dan koordinasi dengan alumni yang belum memiliki usaha, alumni yang usahanya berkategori mikro dan kecil tidak berjalan. Hal tersebut bertentangan dengan prinsip-prinsip pemberdayaan. Sinergitas aktor pemberdayaan seharusnya mampu menciptakan model komunikasi interaktif kepada semua lini, menciptakan partisipatif aktif, mengembangkan kurikulum khususnya bagi yang belum berdaya, orang yang belum memiliki usaha, usaha mikro dan usaha kecil. Dalam proses pembelajaran materi pembelajaran di kelas, berisi tentang pengembangan mindset dari pengalaman mentor tentang cerita sukses dan cerita gagal, dari merintis usaha sampai usahanya dapat berkembang. Materi tersebut belum mampu memenuhi kebutuhan wirausaha. Memang materi tentang pengembangan mindset memang sangat dibutuhkan wirausaha dan harus dikembangkan melalui proses belajar. Namun kebutuhan keilmuan wirausaha tidak hanya menyangkut pengembangan mindset saja, keahlian dan dan keterampilan dalam mengelola usaha juga sangat diperlukan. Kepercayaan berusaha justru seharusnya dimulai dari pengembangan-pengembangan keterampilan. Dalam kegiatan pembelajaran seluruh mentor menggunakan metode ceramah. Pembelajaran yang menggunakan metode ceramah banyak dikritisi, karena dianggap tidak efektif untuk meningkatkan kapasitas belajar. Ceramah hanya cocok untuk menyampaikan informasi dan konsep-konsep pendahuluan, membangun pengetahuan teoritis sebagai suatu dasar untuk melakukan praktek. Komunikasi dalam ceramah didominasi oleh mentor, berjalan satu arah, mentor lebih banyak berbicara dan lebih berpengaruh. Metode ceramah tidak cocok untuk meningkatkan keterampilan, merubah sikap, mendorong peserta berpikir kreatif. Kebutuhan wirausaha menyangkut pengembangan kapasitas mindset, sikap mental dan keterampilan dapat diperoleh melalui jalur praktek di lapangan. Strategi pembelajaran campuran terbukti menjadi strategi pembelajaran yang lebih efektif dibanding dengan metode ceramah.

Metode pembelajaran experience learning dalam kegiatan sales turnament belum mampu membangun sikap mental pola pikir dan keterampilan. Hal tersebutterjadi karena kegiatan berlangsung sangat singkat dan siswa tidak memperoleh bekal yang cukup dalam pembelajaran di kelas saat kegiatan sales turnament. Dalam kegiatan tersebut siswa tidak diberi kesempatan untuk membuat perencanaan dan strategi saat terjun di lapangan. Pembelajaran pengalaman berbasis masalah akan mampu menumbuhkan pola pikir, sikap mental dan keterampilan. Sebelum terjun ke lapangan siswa harus diberi kesempatan untuk merancang membuat dan menentukan target yang akan dituju.

Metode coaching yang dilakukan SBS sangat singkat yaitu dalam waktu 1 bulan dan hanya 8 kali pertemuan. Coaching tersebut diperuntukkan bagi alumni kelas C yaitu alumni-alumni yang sudah memiliki bisnis, usahanya sudah berjalan dan omsetnya meningkat. Coaching untuk alumni kelas A alumni yang belum memiliki usaha dan kelas B alumni yang sudah memiliki memiliki usaha dan belum berkembang, berjalan kurang intensif. Hal tersebut bertentangan dengan prinsip pemberdayaan dan coaching. Dalam prinsip pemberdayaan sentuhan aktor pemberdaya diperuntukkan bagi individu atau kelompok yang belum berdaya, bagi seseorang yang menghadapi situasi dan kondisi kehidupan yang sulit, melibatkan individu atau kelompok masyarakat yang paling bawah. Coaching atau pendampingan sebagai sebuah pembinaan yang membutuhkan waktu yang panjang untuk menciptakan harmonisasi hubungan antara aktor pemberdaya dan penerima manfaat atau wirausaha pemula.

Terminasi proses pembelajaran dalam teknik menutup dan mengakhiri kelas pembelajaran dari mentor, dengan cara memberi dorongan sosial, membangkitkan wirausaha, memberi dorongan dalam pengembangan sinergi pemberdaya. Penguatan menjadi wirausaha berbasis data base, tentang, akuntabilitas, pengembangan organisasi, hubungan dengan keluarga, kerjasama, membuat usaha, cara menentukan brand mengarah kepada konseptualisasi dan penguatan motivasi wirausaha bagi siswa. Pentingnya penguatan pendidikan kewirausahaan bagi siswa mempengaruhi orientasi kewirausahaan, motivasi, niat kewirausahaan siswa dan membantu siswa menyiapkan dirinya di bidang kewirausahaan bagi masa depannya.

Peran fasilitasi yang dilakukan SBS kepada siswa dan alumni dalam memberikan kemudahan dan menunjukkan sumber-sumber kemudahan yang berupa: fasilitasi perijinan, fasilitasi hukum, fasilitasi kemasan modern, fasilitasi tentang pembiayaan usaha, fasilitasi zakat.

Dampak sinergitas, proses pembelajaran dan fasilitasi di SBS terhadap siswa dan alumni belum mampu menjawab kemandirian dan kesuksesan yang dibutuhkan. Hal tersebut terjadi karena materi pembelajaran yang disampaikan oleh lebih banyak tentang mindset, menggunakan metode ceramah, belum ada pendampingan secara menyeluruh dan berkelanjutan bagi alumni, tidak ada monitoring dan evaluasi yang berkelanjutan dan ekosistem yang dikembangkan belum luas.

UMKM dapat disebut mandiri, apabila melalui proses pembelajaran dan fasilitasi seumur hidup akan mengalami peningkatan kapasitas di bidang mindset dan skill sets. Peningkatan kapasitas di bidang mindset meliputi peningkatan kapasitas soft structure, yang berhubungan entrepreunial (orientasi kewirausahaan), spiritual, mental dan atitude. Sedangkan Peningkatan kapasitasskill sets terkait dengan peningkatan kapasitas dalam pengembangan mutu produk, membuat kemasan produk, mutu sebuah merek (branding), penggunan bisnis online, ketrampilan komuniasi, pengawasan, jejaring kemitraan, penggunaan digital payment, memanfaatkan sarana delivery order, pengelolaan hak cipta, pengelolaan logistik.

Kapasitas di bidang mindset dan skill sets akan menciptakan kemandirian yang berhubungan erat dengan keyakinan diri dan kepercayaan diri. Munculnya keyakinan diri dan kepercayaan diri berhubungan dengan metode pembelajaran, materi pembelajaran, kualitas mentor dalam pendidikan kewirausahaan.

Model pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan nonformal kewirausahaan untuk meningkatkan kemandirian UMKM dibahas mulai dari munculnya akar masalah yaitu dengan banyaknya pengangguran, kemiskinan dan rendahnya pertumbuhan ekonomi. Akar masalah ini akan dapat terselesaikan melalui pengembangan wirausaha dan mencetak wirausaha-wirausaha. Kegiatan mencetak wirausaha, salah satu dapat dilakukan melalui lembaga pendidikan kewirausahaan. Pendidikan kewirausahaan yang diselenggarakan oleh masyarakat lebih mengarah kepada implementasi kebutuhan bisnis, benar-benar memahami kebutuhan wirausaha.

Peluang dan potensi sinergitas kepelayanan pendidikan mengarah kepada sinergitas penyediaan sumber pembiayaan, penyediaan dan penyiapan sumber daya manusia, dan penyediaan sarana dan prasarana. Aktor pemberdaya yang bersinergi tersebut terdiri dari pengusaha sukses, alumni dan pengurus alumni. Para aktor pemberdaya tersebut bersinergi menurut perannya masing-masing. Penasehat, pengusaha sukses, berperan sebagai mentor dan sponsor. Sinergitas aktor pemberdaya menghasilkan sumber pembiayaan gratis bagi siswa, proses pembelajaran dan fasilitasi yang diperoleh siswa.

Dalam proses pembelajaran, agar dapat menghasilkan pembelajaran yang berkualitas diperlukan materi pembelajaran yang berisi tentang pengembangan mindset dan skill sets. Sumber belajar diperoleh mentor, buku, workshop, media digital dan pengalaman. Metode pembelajaran yang dikembangkan adalah melalui melalui ceramah di kelas, pembelajaran di lapangan (experience learning), coaching, pendampingan dan inkubasi. Menggunakan media pembelajaran campuran seperti penyediaan modul belajar, LCD, penggunaan media digital dan media sosial.

Fasilitasi yang diberikan oleh fihak internal maupun fihak external lembaga pendidikan seperti fasilitasi fasilitasi perijinan, fasilitasi hukum, fasilitasi kemasan modern, fasilitasi tentang pembiayaan usaha, fasilitasi zakat.

Sinergi, proses pembelajaran dan fasilitasi tersebut ditujukan bagi siswa belum memiliki ide usaha, siswa sudah memiliki ide usaha, belum menjalankan bisnis, siswa sudah menjalankan bisnis dan ingin berkembang.

Dari sinergitas, proses pembelajaran yang berkualitas dan fasilitasi akan menghasilkan output wirausaha yang memiliki kemandirian mindset dan skill sets dan outcome wirausaha yang memiliki kemandirian usaha yang terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang berkelanjutan. 

×
Penulis Utama : Joko Suryono
Penulis Tambahan : -
NIM / NIP : T621602001
Tahun : 2023
Judul : PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENDIDIKAN NONFORMAL KEWIRAUSAHAAN UNTUK KEMANDIRIAN UMKM
Edisi :
Imprint : Surakarta - Pascasarjana - 2023
Program Studi : S-3 Penyuluhan Pembangunan (Bisnis dan UKM)
Kolasi :
Sumber :
Kata Kunci : Kata kunci: pemberdayaan, pendidikan nonformal, wirausaha, kemandirian
Jenis Dokumen : Disertasi
ISSN :
ISBN :
Link DOI / Jurnal : https://jsser.org/index.php/jsser/article/view/4671
Status : Public
Pembimbing : 1. Prof. Dr. Mahendra Wijaya, M.S
2. Prof. Dr. Ir. Mohamad Harisudin, M.Si
3. Dr.Ir. Heru Irianto, M.M
Penguji : 1. Prof. Dr.Agus Kristiyanto, M.Pd
2. Dr. Supriyadi, SN, SU
3. Prof. Dr. Imam Santosa, M.Si
Catatan Umum :
Fakultas : Sekolah Pascasarjana
×
Halaman Awal : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.
Halaman Cover : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.
BAB I : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.
BAB II : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.
BAB III : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.
BAB IV : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.
BAB V : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.
BAB Tambahan : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.
Daftar Pustaka : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.
Lampiran : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.