Seiring dengan bertambahnya kebutuhan hidup manusia pada saat ini, maka mendorong tingginya kebutuhan ruang untuk melayani aktivitas manusia sehari-hari. Dalam memenuhi kebutuhan ruang tersebut masyarakat harus berinovasi dalam memanfaatkan ruang, salah satunya dengan memanfaatkan ruang publik sebagai destinasi wisata kuliner. Namun, pemanfaatan ruang publik sebagai destinasi wisata kuliner juga dapat menimbulkan beberapa masalah, seperti meningkatnya tingkat kemacetan serta masalah kebersihan di kawasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pemanfaatan ruang publik dan menganalisis pola pemanfaatan ruang publik sebagai destinasi wisata kuliner di kawasan kuliner Kota Padang Panjang, menganalisis pola pemanfaatan ruang publik sebagai destinasi wisata kuliner di kawasan kuliner kota Padang Panjang. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Untuk mengidentifikasi pemanfaatan ruang publik sebagai destinasi wisata kuliner di kawasan kuliner kota, dilakukan dengan mengidentifikasi kondisi fisik ruang publik, kebutuhan wisatawan dan masyarakat setempat, serta kebijakan dan regulasi yang berlaku. Sedangkan untuk menganalisis pola pemanfatan ruang publik yang ada dikawasan dapat dilakukan dengan melihat bagaimana keragaman aktivitas dan pergerakan pengunjung kawasan kuliner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi ruang publik yang dimanfaatkan sebagai destinasi wisata kuliner di kawasan kuliner kota memiliki desain, bentuk dan aktivitas yang beragam. Kawasan Kuliner memiliki desain ruang publik tertutup, ruang publik terbuka dan ruang publik semi terbuka. Desain ruang publik tersebut memiliki 2 (dua) bentuk ruang publik yaitu persegi (the square) dan memanjang (the linier). Dengan ruang publik tersebut, pola pemanfaatan ruang publik di Kawasan Kuliner dapat terbentuk karena adanya keberagaraman aktivitas, pergerakan pengunjung serta bentuk ruang jalan di kawasan kuliner. Sehingga membentuk 2 (dua) pola pemanfaatan ruang publik yaitu Pola Memanjang (Linear Concentration) dan Pola Mengelompok (Focus Agglomeration). Selain itu, kawasan kuliner memiliki desain yang unik dan menarik, keragaman kuliner hingga lingkungan yang menarik sehingga kawasan kuliner memiliki daya tarik wisata bagi para wisatawan serta dapat meningkatkan pendapatan masyarakat setempat.