×
Perubahan iklim menjadi isu global yang dampaknya dapat dirasakan seluruh dunia tidak terkecuali Indonesia. Menengok fenomena climate change yang sangat dekat adalah masalah pencemaran air. Dalam dunia pendidikan, isu pencemaran lingkungan merupakan salah satu tuntutan kurikulum yang terdapat dalam kompetensi dasar. Penelitian ini bertujuan untuk Mengidentifikasi perbandingan penggunaan pembelajaran STEM-Thinglink dan Project-Based Learning pada proyek Safety Drink Water terhadap Environmental Literacy siswa. Penelitian ini menggunakan desain Kuasi Eksperimen dengan tipe Pretest-Posttest Control Group Design. Thinglink merupakan sebuah platform website yang digunakan untuk menyajikan permasalahan dan penugasan proyek Safety Drink Water. Penerapan pembelajaran dilakukan pada siswa anggota ekstrakurikuler KIR (Kelompok Ilmiah Remaja) dan SSC (Social Science Community) SMAN 1 Karanganyar. Desain STEM-Thinglink diterapkan pada satu kelas eksperimen satu dan desain Project-Based Learning (PjBL) sebagai kelas eksperimen dua. Teknik pengumpulan data menggunakan pretest-posttest untuk menilai dimensi pengetahuan, proyek untuk dimensi keterampilan, dan kuesioner survei untuk menilai sikap environmental literacy siswa terhadap persoalan climate change-safety drink water yang disajikan. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji-t tidak berpasangan (non paired t- test) dan Uji Ancova. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa pembelajaran STEM-Thinglink dan Project-Based Learning memiliki perbedaan yang nyata terhadap peningkatan hasil survei environmental literacy siswa, dengan angka rata-rata pada kelas STEM adalah 3,9 dan 3,8 untuk kelas PjBL. Berdasarkan pada hasil angket evaluasi respon, menunjukkan pada kategori sangat baik dengan angka 92,30% dan 89,70% untuk masing-masing kelas. Responden menilai bahwa pembelajaran STEM-Thinglink dan PjBL pada proyek safety drink water jauh lebih mudah memahamkan siswa pada materi climate change-safety drink water.