Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana bentuk relasi ekonomi pertanian yang terbentuk di Desa Mangunharjo, Kabupaten Ngawi. Selain itu, juga untuk memahami makna pertanian bagi generasi muda di Desa Mangunharjo dan mengetahui implikasi antara relasi ekonomi pertanian terhadap pemaknaan generasi muda terkait profesi petani. Subyek dalam penelitian ini adalah para aktor-aktor dalam kegiatan ekonomi pertanian di Desa Mangunharjo, mulai dari pemilik lahan, buruh tani, hingga generasi muda. Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori Konsumsi dan Sistem Pertanian Berkelanjutan oleh Iizaka dan Suda, serta teori Agricultural Treadmills oleh Willard Cochrane yang digunakan untuk menganalisis tentang relasi ekonomi pertanian di Desa Mangunharjo. Selanjutnya, terdapat teori Involusi Pertanian oleh Clifford Geertz dan teori Pertanian, Masyarakat, dan Modal oleh van der Ploeg yang digunakan untuk menganalisis tentang makna pertanian pada generasi muda. Kemudian teori selanjutnya adalah teori Dorong-Tarik oleh Everett Lee dan teori Pemikiran Sosial Masyarakat Pedesaan oleh Paul L. Vogt yang digunakan untuk menganalisis implikasi relasi ekonomi pertanian terhadap pemaknaan generasi muda terkait profesi petani dan terbentuknya konstruksi sosial generasi muda atas pertanian. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa relasi ekonomi pertanian menempatkan petani, khususnya buruh tani, di tingkatan yang rendah. Pemaknaan dan konstruksi sosial generasi muda atas pertanian tidak lepas dari kristalisasi nilai yang sudah berjalan lama dan praktik relasi ekonomi pertanian yang terjadi. Meskipun bagi generasi muda kehidupan pertanian sudah membudaya dalam sikap dan perilaku, namun hal tersebut tidak membuat mereka tertarik untuk menjadi petani. Sehingga ditambah dengan relasi ekonomi pertanian tadi berimplikasi pada pemaknaan generasi muda atas petani dan konstruksi sosial terkait profesi petani yang menyebabkan ketidaktertarikan generasi muda untuk terjun di bidang pertanian dan lebih memilih untuk merantau dan bekerja pada sektor non-pertanian.