×
Permasalahan perkerasan jalan muncul jika perkerasan dibangun pada jenis tanah dengan daya dukung kurang memadai atau pada tanah dengan daya dukung yang cukup memadai tetapi kedalaman daya dukung tanah yang memadai cukup jauh dari muka tanah. Permasalahan tanah ini terdapat pada nilai pengembangan tanah yang terjadi dan penurunan tanah (konsolidasi) yang tidak merata, hingga terjadinya crack pada perkerasan yang diakibatkan dari gaya pengembangan tanah ini. Pengembangan tanah dan sifat tanah dasar ini akan mempengaruhi lapisan di atasnya (Sukirman, 1999). Noormalasari dkk (2000) menyatakan, ada tiga metode untuk identifikasi kembang susut tanah lempung ekspansif, yaitu metode pengukuran tidak langsung, metode pengukuran langsung dan identifikasi mineral. Metode pengukuran tidak langsung melibatkan klasifikasi dan sifat fisis tanah untuk memprediksi kembang susut. (Snethen, dkk., 1975). Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menghitung penurunan ini adalah Finite Element Method (metode elemen hingga) yang telah teruji memberikan hasil analisis yang akurat untuk perancangan pavement. Janco (2010) menyebutkan penggunaan metode elemen hingga (MEH) banyak digunakan dalam bidang engineering karena hasil yang akurat. Metode ini sangat fleksibel karena bentuk struktur yang rumit dan kompleks dapat di sederhanakan menjadi elemen–elemen kecil yang lebih sederhana.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode pengujian langsung berupa hasil displacement dari pengujian laboratorium dan metode analisis elemen hingga. Pemodelan rigid pavement menggunakan data sekunder dari Bina Marga, 2018 dengan material beton setebal 30,5 cm berdasarkan perencanaan yang telah ditetapkan menurut Bina Marga. Kuat tekan beton yang digunakan adalah kuat tekan beton fc’ 29 MPa dengan Modulus Elastisitas Beton sebesar 25310000 kN/m2. Dimensi pelat yang digunakan mempunyai besaran 7 x 4 m P beban 2 x 4 ton dengan perletakan beban menurut Pembebanan Westergaard. Besarnya sweling pressure yang digunakan dalam pemgodelan menggunakan referensi uji oedometer yang telah dilakukan menggunakan Tanah Trucuk. Pengujian oedometer menunjukkan hasil swelling pressure maksimum sebesar 175 kPa. Hasil analisis metode elemen hingga meliputi momen (M11), tegangan (S11), dan lendutan.
Penelitian swelling pressure ini mempreoleh ledutan maksimum pelat akibat swelling pressure kadar air 750 ml sebesar 3,2855 mm dan kenaikan pada kadar air 1750 ml yaitu sebesar 9,5686 mm. Kenaikan swelling pressure maksimum adalah sebesar 0,5799 mm. Kombinasi-kombinasi pembebanan yang ada memiliki nilai lendutan akibat swelling pressure yang berbeda. Lendutan maksimum terletak pada kombinasi pembebanan pojok kanan bawah dengan nilai lendutan maksimum sebesar 10,275 dan letak lendutan minimum pada joint 296 seperti terlihat ada Gambar 4.6 dalam Bab 4. Momen terbesar akibat swelling pressure kadar air 750 ml adalah sebesar 51,5161 kN.m, pada kadar air 1750 ml sebesar 96,3153 kN.m, momen akibat swellling pressure maksimum sebesar 99,4115 kN.m. Hubungan antara lendutan dan momen akiabt tanah ekspansif adalah berbeanding lurus seperti hubungan tegangan dan lendutan.