Ruang publik adalah aspek penting kota untuk mendukung performa kota. Kota-kota di Indonesia mulai memikirkan pentingnya ruang publik, termasuk kota Surakarta. Kota Surakarta membangun City Walk yang merupakan jalur pejalan kaki di sepanjang jalan Slamet Riyadi. Fungsi lain dari City Walk adalah sebagai ruang publik. Berdasarkan pengamatan awal, City Walk hanya ramai pada saat-saat tertentu dan di titik-titik tertentu. Fenomena tersebut menunjukkan bahwa City Walk mulai mengalami proses placemaking. Placemaking adalah proses pembentukan dan pengelolaan ruang publik yang menekankan proses penciptaan kehidupan sosial didalamnya. Placemaking memiliki empat atribut utama, yaitu kenyamanan dan citra, akses dan keterhubungan, fungsi dan aktivitas, dan keramahan. Placemaking yang baik ditunjukkan dengan semakin banyak masyarakat dari berbagai kalangan yang beraktivitas di dalamnya. Sehingga penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui hubungan intensitas kunjungan pengguna City Walk Slamet Riyadi dengan atribut-atribut placemaking. Metode yang digunakan adalah metode penelitian campuran sekuensial eksplanatori (sequential explanatory mixed methods).

Temuan menunjukkan bahwa intensitas kunjungan pengguna City Walk Slamet Riyadi berkorelasi sedang dengan atribut-atribut placemaking. Lebih detail, intensitas kunjungan pengguna memiliki korelasi lemah dengan atribut kenyamanan dan citra karena kenyamanan, keamanan, dan sarana prasarana kurang memadai. Kemudian, intensitas kunjungan pengguna memiliki korelasi lemah dengan atribut akses dan keterhubungan karena keterhubungan, baik secara fisik maupun visual, dan aksesibilitas belum memadai. Selanjutnya, intensitas kunjungan pengguna memiliki korelasi sedang dengan atribut fungsi dan aktivitas karena sudah ada aktivitas yang berlangsung disana, meski hanya  bersifat sementara. Kemudian, intensitas kunjungan pengguna memiliki korelasi sedang dengan atribut keramahan karena masyarakat bersedia untuk berkumpul disana dan merasa bangga sekaligus memiliki City Walk. Hasil penelitian ini dapat menjadi saran untuk mendorong penggunaan ruang publik, terutama City Walk, di kota Surakarta, branding kota, dan mendorong sistem kota Surakarta untuk mencapai Sustainable City.

Kata kunci: Placemaking, Ruang Publik, Masyarakat