Rutan Boyolali merupakan lembaga yang menyelenggarakan kegiatan pembinaan bagi warga binaan pemasyarakatan sebagai proses reintegrasi sosial. Lingkungan penjara merupakan budaya berbeda karena memiliki aturan dan norma-norma yang berbeda, kebiasaan, bahasa serta unit sosial yang berbeda. Warga binaan pemasyarakatan yang baru pertama kali masuk penjara memiliki kecemasan dan ketidakpastian tinggi. Kondisi sosiologis dan psikologis turut berpartisipasi sebagai pemicu. Kecemasan dan ketidakpastian ini perlu dikelola dengan baik agar dapat terwujud komunikasi efektif yang mendukung optimalisasi program pembinaan yang dilaksanakan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mendalam kecemasan dan ketidakpastian yang dialami oleh warga binaan pemasyarakatan yang baru pertama kali masuk penjara. Disamping itu untuk mengetahui pula bagaimana mereka melakukan pengelolaan kecemasan dan ketidakpastian tersebut. Peneliti menggunakan Anxiety and Uncertainty Management Theory (AUM) sebagai teori utama dan Communication Acommodation Theory (CAT) sebagai teori pendukung.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode studi kasus. Informan ditentukan secara purposive dan berjumlah 12 orang yang merupakan warga binaan pemasyarakatan dan petugas Rutan. Metode pengumpulan data melalui in depth interview, observasi dan dokumen. Analisis data dilakukan secara interpretif dan menggunakan triangulasi data untuk validitasnya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecemasan yang dialami oleh warga binaan pemasyarakatan Rutan Kelas IIB Boyolali terdiri dari kecemasan individual dan kecemasan relasional. Sementara ketidakpastian yang dialami yakni ketidakpastian kognitif dan ketidakpastian perilaku. Pengelolaan kecemasan dan ketidakpastian melibatkan aspek internal dan eksternal. Aspek internal yakni mendekatkan diri pada Tuhan, sikap terbuka, kesadaran akan perbedaan, mengenali karakter dan memulai interaksi. Sedangkan faktor eksternal adalah melalui peran petugas yakni keterbukaan informasi, program pembinaan, assesment dan konseling serta wali pemasyarakatan. Pengelolaan kecemasan dan ketidakpastian yang dialami oleh warga binaan pemasyarakatan, terbantu pula melalui akomodasi komunikasi yakni kecenderungan untuk berkonvergensi dengan menyesuaikan penggunaan bahasa, memperkecil jarak, sopan dan ramah.