Perum BULOG sebagai perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Indonesia yang bergerak dalam bidang pengadaan, penyimpanan, dan distribusi bahan pangan terus berkembang dan bertransformasi seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi. Sebagai lembaga negara yang bertanggung jawab dalam penyediaan bahan pangan pokok bagi masyarakat Indonesia, Perum BULOG perlu melakukan transformasi dalam menghadapi tantangan globalisasi dan persaingan yang semakin ketat. Keberhasilan transformasi tidak lepas dari peran komunikasi di dalamnya. Untuk mencapai keberhasilan transformasi bisnis maka perlu pula diiringi oleh transformasi budaya guna menciptakan SDM yang memiliki kompetensi dan nilai-nilai yang mendukung transformasi bisnis tersebut. Melihat hasil dari proses transformasi Perum BULOG hingga saat ini belum optimal, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana komunikasi dan pembentukan budaya komunikasi dalam transformasi Perum BULOG.

Penelitian ini menggunakan kerangka pemikiran dari Teori Komunikasi Budaya Organisasi dan Strategi Komunikasi untuk menganalisis dan mendeskripsikan strategi komunikasi serta pembentukan budaya komunikasi selama proses transformasi Perum BULOG pada tahun 2016 sampai dengan 2021. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif studi kasus. Pengumpulan data dilakukan melalui teknik wawancara, observasi dan analisis dokumentasi.  Teknik sampling atau pemilihan informan pada pengumpulan data secara kualitatif menggunakan purposive sampling, dengan pertimbangan informan merupakan seseorang yang mengetahui dan berwenang pada penetapan kebijakan terkait budaya organisasi dan transformasi organisasi pada Perum BULOG.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi dalam perubahan organisasi Perum BULOG adalah komunikasi semu atau “pseudo” komunikasi. Hal tersebut terjadi karena dampak dari strategi komunikasi perubahan dilakukan secara top down dengan meggunakan pendekatan “Tell and Sell” yang mana pendekatan ini menyebabkan komunikasi selama masa transformasi tidak berjalan lancar sebagaimana mestinya. Melihat fenomena tesebut, maka penting untuk membangun komunikasi dan pemahaman antar level manajemen mengenai perbedaan budaya yang ada. Budaya organisasi tidak cukup hanya dipahami, dikomunikasikan atau dikelola, namun perlu diyakini betul sehingga dapat mendukung keberhasilan proses transformasi.