Sumber energi (pembangkitan) listrik di Indonesia sebagian besar dihasilkan dari bahan bakar yang tidak dapat diperbarui. Berdasarkan permasalahan tersebut, inovasi alternatif subtitusi bahan bakar yang sustainable, renewable, and green energy sangat diperlukan salah satunya dengan tekonologi biomassa. Penelitian ini memanfaatkan gasifikasi berbasis cangkang sawit untuk menghasilkan gas produser sebagai bahan bakar sekunder pembangkit listrik. Proses gasifikasi ditandai dengan terbentuknya api pada tungku burner karena terkonversinya biomassa yang diumpankan pada gasifier menjadi gas produser. Tar yang terkadung dalam gas produser dihilangkan dengan menurunkan suhu gas hingga 25°C serta melewatkan gas dalam isopropanol (IPA).

Penelitian ini memvariasikan rasio injeksi gas produser dengan bukaan valve saluran udara sehingga didapatkan perbandingan yaitu 0 : 100%, 20 : 80%, 40 : 60%, 60 : 40%, 80 : 20% dan  pembebanan 0, 3, 4, 5, dan 6 kW sehingga didapatkan hubungan injeksi gas produser terhadap konsumsi bahan solar, getaran mesin, dan beban kelistrikan. Pengukuran konsumsi bahan bakar solar menggunakan buret laju alir yang telah dimodifikasi. Penggunaan gas produser memberikan pengaruh terhadap performa mesin diesel dengan penurunan konsumsi solar. Solar tidak terkonsumsi secara penuh karena telah tersubstitusi dengan gas produser. Pada kondisi rasio maksimum injeksi gas produser dengan bukaan valve saluran udara 20 : 80% dan pembebanan dummy load 3, 4, dan 5 kW, laju alir BBM solar mengalami penurunan sebesar 25,01-30,54%. Persentase penurunan laju alir tertinggi terjadi pada beban di 5 kW yaitu sebesar 38,49%.

Pengujian vibrasi pada mesin diesel dilakukan menggunakan vibrationmeter yang dilakukan dengan jangka waktu yang terbatas karena dampak yang dihasilkan oleh beban resistor dummy load. Pengukuran vibrasi pada bukaan valve saluran gas produser 80% dan pembebanan 3 kW mengalami peningkatan 0,64% menjadi 86,95 m/s2 dan pada pengukuran beban 5 kW mengalami peningkatan 6,94% menjadi 92,4 m/s2. Hal ini disebabkan oleh peningkatan suhu dan tekanan pada mesin pada beban yang lebih tinggi. Akan tetapi, pada beban 6 kW terjadi penurunan vibrasi karena kapasitas maksimum konversi listrik yang dihasilkan generator sebesar 5 kW.

Ambang batas vibrasi yang dihasilkan oleh diesel engine setelah diinjeksi gas produser telah mencapai zona unacceptable (Zona D; ISO 2372), yang berarti getaran dari mesin dalam batas berbahaya. Faktor yang mempengaruhi tingginya getaran pada mesin terjadi karena akumulasi tar yang terkandung dalam gas produser menempel dan mengerak pada piston mesin serta kurangnya perawatan berkala pada mesin diesel genset memperburuk kerusakan yang ditimbulkan.