Kebutuhan panel ekstrusi dari paduan aluminium di Indonesia tinggi untuk peralatan rumah tangga, elektronik, dan transportasi seperti kereta cepat, MRT, dan LRT. Panjang panel yang diperlukan adalah 20-25 meter, namun produsen lokal belum mampu memenuhinya sehingga diperlukan penyambungan. Las konvensional hanya menyambung bagian luar (skin) dan tidak menyambung bagian sirip (fin) sehingga kekuatannya rendah. Solusinya adalah menggunakan pengelasan ekstrusi dengan porthole die yang memiliki ruang las (welding chamber). Karena aplikasi pembebanan panel aluminium berbeda-beda sesuai dengan fungsinya, desain profil panel juga berbeda-beda mulai dari profil sederhana, sedang, dan kompleks. Kriteria kompleksitas ditentukan dengan bentuk, tebal, dan kemiringan sirip-sirip pada panel ekstrusi. Evaluasi sifat fisik meliputi struktur makro dan mikro menunjukkan bahwa semakin kompleks desain panel aluminium maka semakin kecil dan halus ukuran butirnya. Hal ini disebabkan terjadinya deformasi dan regangan yang lebih besar. Evaluasi sifat mekanik meliputi kekerasan, kekuatan tarik, kekuatan bending, dan ketahanan korosi. Urutan kekerasan, kekuatan tarik, dan kekuatan bending dari yang tertinggi ke terendah adalah desain panel aluminium sederhana, kompleks, dan sedang. Urutan laju korosi dari tertinggi ke terendah adalah desain panel aluminium sedang, kompleks, dan sederhana. Hal ini disebabkan oleh desain cetakan yang kompleks dan kecil sulit untuk mengontrol aliran logam untuk memastikan ikatan yang tepat. Walaupun variabel desain panel aluminium kompleks lebih banyak daripada desain panel aluminium sedang, dimensinya lebih besar desain panel aluminium kompleks sehingga kekerasan, kekuatan tarik, dan bending-nya juga lebih tinggi.