Film adalah media audiovisual yang mampu merepresentasikan berbagai latar belakang budaya di mana suatu masyarakat itu tinggal. Kaitan antara film dan masyarakat sesungguhnya terdapat kompetisi dan konflik dari berbagai faktor yang menentukan baik bersifat cultural, subkultural, industrial serta institusional. Dan film terdiri dari simbol-simbol komunikasi, dimana setiap simbol memiliki makna. Film “FREEDOM WRITERS” yang beredar tahun 2007 menggambarkan tentang perjuangan seorang guru kulit putih yang pantang menyerah mengajar murid-murid kelas 203 yang terdiri dari berbagai latar belakang ras dan memberi mereka semangat dan harapan untuk berubah. Saat itu daerah Long Beach baru saja pulih dari masalah rasial yang sangat buruk. Namun pertentangan antara kulit putih, kulit hitam, Latin maupun Asia, yang di dalamnya terkandung stereotip, diskriminasi dan kekerasan ras masih banyak terjadi. Film ini menunjukkan bahwa permasalahan yang terkait dengan rasial meski keberadaannya seolah tersamarkan namun masih memegang peranan kunci baik itu di dunia pada umumnya dan di Amerika khususnya. Penelitian ini mencoba untuk mengetahui makna pesan yang merepresentasikan diskriminasi dan kekerasan ras dalam dunia pendidikan yang tercermin dalam film “Freedom Writers”. Dimana simbol-simbol dalam film disampaikan melalui komunikasi verbal dan non verbal. Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan teknik analisis semiotika Roland Barthes (denotasi, konotasi dan mitos). Analisis melalui dua aspek yaitu aspek sinematografi dan aspek sosial. Kedua aspek tersebut saling memperkuat dalam proses pemaknaan. Setelah dilakukan analisa, diperoleh kesimpulan bahwa makna pesan yang merepresentasikan rasialisme dalam film “Freedom Writers” dapat dilihat sebagai berikut: Pertama, tindakan diskriminasi ras dalam sebuah lingkup pendidikan seperti pembedaan perlakuan, pemisahan murid-murid dan praktek stereotipe negatif terhadap ras lain. Tindakan tersebut telah mengakar kuat di dalam kehidupan masyarakat dan hanya segelintir orang yang menghargai keberagaman yang ada. Kedua, kekerasan ras melekat di dalam kehidupan masyarakat terutama remaja usia sekolah yang lekat dengan kehidupan gang. Kehidupan gangster merupakan sebuah sarana mereka untuk mengagungkan tindakan kekerasan dengan alasan menjaga kehormatan kelompoknya. Ketiga, perjuangan untuk menghapuskan diskriminasi dan kekerasan ras di lingkup pendidikan dengan pendekatan multikultural membawa perubahan positif bagi kehidupan muridmurid dari berbagai golongan ataupun ras.