Background: Kanker serviks adalah kanker keempat di dunia yang menyerang Wanita dan menyebabkan kematian. Sampai saat ini kanker serviks uteri menimbulkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Skrining kanker serviks secara teratur dengan tes Papanicolaou (Pap) smear tetap menjadi intervensi kesehatan masyarakat yang efektif dalam pencegahan dan pengurangan selanjutnya dari insiden, morbiditas dan mortalitas penyakit kanker serviks. Health Belief Model (HBM) adalah model yang dikembangkan untuk membantu memahami perilaku manusia dalam mencari layanan kesehatan dan menjelaskan mengapa orang tidak terlibat dalam perilaku untuk pencegahan atau deteksi dini penyakit.

Subjects and Method: Penelitian ini merupakan penelitian systematic review dan meta-analisis. Pengumpulan data didapatkan dari 3 database, yaitu: Google Scholar, PubMed, dan Science Direct. Analisa penelitian ini menggunakan software RevMan 5.3. Kriteria inklusi yang digunakan full paper bahasa inggris dengan desain cross sectional pada tahun 2012-2022. Kata kunci yang digunakan “Pap Smear” OR “Cervical Cancer Screening” AND “Health Belief Model” OR “Health Belief” AND “Cervical Cancer”.         

Results: Sebanyak 15 artikel studi cross sectional yang berasal dari negara Indonesia, Malaysia, Turki, Nepal, Lebanon, Korea selatan, Iran, afrika selatan, Ethiopia, Amerika Serikat, dan Italia ditinjau dalam meta analisis. Bedasarkan hasil analisis didapatkan bahwa persepsi kerentanan yang tinggi berpengaruh terhadap kemungkinan penggunaan pelayanan pap smear 1.13 kali dibandingkan persepsi kerentanan rendah (aOR= 1.13; CI 95%= 1.03 hingga 1.07; p <0 xss=removed xss=removed>

Conclusion: Persepsi kerentanan yang tinggi dan persepsi hambatan rendah berpengaruh terhadap kemungkinan penggunaan pelayanan pap smear.