Indonesia merupakan salah satu negara yang berada pada kawasan tiga pertemuan lempeng tektonik utama. Pergerakan tersebut mengakibatkan adanya zona subduksi dan zona sesar sehingga menjadi sumber terjadinya aktivitas gempa bumi di Indonesia. Aktivitas gempa bumi masih terus dikaji baik dari aspek seismologi maupun aspek probabilistik. Salah satu penggunaan konsep probabilistik dalam seismologi adalah proses stokastik. Dalam proses stokastik terdapat kajian proses titik yang mampu menjelaskan fenomena gempa bumi sebagai titik-titik dalam suatu ruang, di mana masing-masing titik menyatakan waktu atau/dan lokasi dari suatu kejadian. Kemunculan gempa bumi besar biasanya memicu terjadinya gempa bumi susulan. Model Epidemic Type Aftershock Sequence (ETAS) menunjukkan adanya periode waktu diantara gempa bumi susulan dan gempa bumi susulan berikutnya. Pengembangan model ETAS yang mempertimbangkan komponen waktu, lokasi, dan magnitudo disebut model ETAS spasial. Pemodelan ETAS spasial diharapkan dapat memberikan informasi mengenai peluang terjadinya gempa bumi berdasarkan historis dan lokasinya. Tujuan penelitian ini adalah menerapkan model ETAS spasial pada data gempa bumi di Pulau Sulawesi dan Pulau Jawa pada periode Januari 1973-Desember 2021. Data tersebut diperoleh dari United State Geological Survey (USGS). Untuk memperoleh estimasi parameter model ETAS spasial, metode yang digunakan adalah metode likelihood maksimum dan metode Davidon Fletcher-Powell. Berdasarkan hasil estimasi parameter fungsi intensitas bersyarat model ETAS spasial di Pulau Sulawesi dan Pulau Jawa didapatkan laju kejadian dasar, efisiensi gempa bumi dengan magnitudo yang menghasilkan gempa susulan, dan laju peluruhan gempa bumi pada kejadian gempa bumi Pulau Jawa lebih besar dibanding Pulau Sulawesi, namun produktivitas gempa susulan pada kejadian gempa bumi Pulau Jawa lebih kecil dibandingkan dengan kejadian gempa bumi Pulau Sulawesi.