Latar Belakang: Coronavirus disease-19 merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh severe acute respiratory syndrome coronavirus-2 (SARS-CoV-2). Salah satu pengobatan yang dapat digunakan kepada pasien COVID-19 adalah obat jenis kortikosteroid. Namun, apabila kortikosteroid diberikan kepada pasien dengan komobid DM tipe-2, maka akan mengakibatkan resistensi insulin, peningkatan tekanan darah, dan hiperglikemia. Kondisi tersebut akan meningkatkan derajat keparahan dari COVID-19. Oleh karena itu, peneliti ingin meneliti hubungan pengobatan kortikosteroid terhadap tingkat keparahan pasien covid-19 dengan komorbid DM tipe 2

Metode: penelitian ini merupakan penelitian cross sectional dengan teknik sampling berupa simple random sampling. Subjek penelitian ini adalah pasien COVID-19 dengan komorbid DM tipe-2 di Rumah Sakit Universitas Sebelas Maret. Rekam medis harus memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi yang dibuat oleh peneliti. Data dianalisis secara statistik dengan menggunakan Uji Wilcoxon dilanjutkan dengan Uji Spearman

Hasil: Total sampel dalam penelitian ini sebanyak 55 orang, dengan jumlah pasien yang diberi kortikosteroid sebanyak 18 orang (32.7%) dan yang tidak diberi sebanyak 37 orang (67.3%). Pada hari ke-7, pasien derajat berat yang diberi kortikosteroid sebanyak 11 orang, sedangkan yang tidak diberi sebanyak 9 orang. Hasil Uji Beda Tidak Berpasangan diperoleh nilai signifikansi (p) > 0.05

Simpulan: Hasil penelitian ini menyatakan bahwa terdapat tidak terdapat pengaruh pemberian kortikosteroid dengan tingkat keparahan COVID-19 dengan DM di Rumah Sakit UNS.